Senin, 13 September 2010

Sex Di bioskop







Sex Di bioskop




Ami dengan iri memandangi para penonton di bisokop itu yg sedang berduaan dengan pacarnya , sedangkan ia duduk di runag tunggu ini sendirian tanpa ada seorangpun yang menemani. Ami adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negri di sumatra.
Beberapa hari yang lalu Ami mendengar kalau pacarnya selingkuh dengan teman baiknya , awalnya Ami tidak percaya , namun kemarin ia melihat dengan mata kepalanya sendiri dan dengan perasaan sakit hati , ia langsung memutuskan hubungan dengan pacarnya.
Hari ini ia merasa suntuk dirumah , maka ia memutuskan untuk pergi saja ke bioskop sendirian , kebetulan film yg ia tunggu sudah diputar di bisokop.
Ami bersiap pergi ke bioskop , ia bercermin untuk terakhir kalinya, cermin di kamarnya memantulkan sosok wajah cantik, dengan Jilbab biru muda menutup tonjolan di dada yg cukup besar ditutupi oleh kemeja panjang khas gadis-gadis berjilbab yang cukup ketat berwarna biru tua , celana jins ketat denim memeperlihatkan kaki seorang gadis belia yang panjang dan ramping. Puas dengan penampilannya ia pun segera pergi ke bioskop.
Di dalam ruang teater, susananya cukup penuh, karena ini adalah pemutaran perdana alias premiere.
Ami menempati tempat duduknya , dan sementara film belum mulai diputar , pikiran Ami melayang, memikirkan tentang mantannya dan masa masa indah dulu.

AMI

“maaf…permisi dik …numpang lewat…….” sebuah suara mengaggetkan Ami.
seorang pria setengah baya tetapi cukup tampan, bahkan terkesan berwibawa tampak tersenyum pada Ami, tatapan pria itu menimbulkan perasaan aneh pada diri Ami.
“ooh..ya ..maaf…” kata Ami tersadar dan memberi jalan untuk pria itu lewat, dan ternyata pria itu duduk tepat disebelahnya.
setelah duduk pria itu kembali menatap Ami, tersenyum dan mengucapkan terima kasih, perasaan aneh pada diri Ami kembali muncul, entah apa…. Ami tak mau terlalu ambil pusing, film sudah dimulai.
Film sudah berjalan setengahnya, saat Ami merasakan ada yg menyentuh lengannya, ia menoleh dan melihat pria itu sedang mengelus-elus lengan Ami tapi tatapan matanya tetap pada layar.
Ami bisa saja marah dan memaki maki pria kurang ajar itu , namun entah mengapa ia membiarkan pria itu mengelus elus lengannya.
merasa tak ada penolakan dari Ami , pria itu terus mengelus elus lengan Ami, sambil terus menatap pada layar.
Ami sendiri hanya terdiam nafasnya seolah terhenti , ia tak bisa menolak perlakuan pria itu , ia malah memejamkan mata seolah menikmati sentuhan demi sentuhan yg dilakukan oleh pria disebelahnya. Getaran getaran di tubuhnya terasa semakin kuat.
Ami segera membuka mata dan tubuhnya bagai kena sengatan listrik saat ia merasakan tangan pria itu melewati lengannya dan menyentuh buah dadanya, awalnya hanya sentuhan sentuhan kecil, namun ketika kembali tak ada reaksi penolakan dari Ami, sentuhan pria ini berubah menjadi remasan remasan yg membangkitkan birahi Ami.
Dengan sedikit takut Ami meoleh ke penonton di sebelahnya, ternyata org itu serius menonton.
Pria asing itu terus menerus meremas buah dada Ami, menyebabkab puting Ami perlahan mengeras tanda Ami sudah sangat terangsang.
Pria itu sepertinya tahu hal itu, maka dengan berani tangannya melepas 3 buah kancing kemeja Ami, menelusup masuk ke balik kemeja ketat dan jilbab yang dikenakan Ami dan menyentuh langsung buah dada itu.
tiba tiba handphone penonton disebelah berbunyi, membuat pria itu dengan segera menarik tangannya dan duduk manis seolah tak ada apa apa.
Ami sendiri masih bingung apa yg terjadi, ia sama sekali tak kenal pria ini tapi kenapa ia membiarkan pria itu berbuat kurang ajar padanya, membiarkan menyentuh tubuhnya, bahkan saat ini birahi Ami semakin naik dan berharap pria ini kembali menyentuhnya.
Setelah beberapa menit, Ami merasakan ada yang mencoba membuka ritsleting celana jins nya dan menurunkan celananya, mengelus-elus paha mulusnya.
Ami hanya menarik nafas panjang sambil menatap pria itu, dan seperti sebelumnya sambil menyentuh Ami pandangan pria itu masih terarah pada layar.
Ami mengerang tertahan saat sentuhan pria itu tiba di bagian sensitifnya, jari jari pra itu bergerak menggeliitk dengan gerakan putaran, tanpa sadar Ami semakin melebarkan kakinya.
Ami semakin terangsang dengan sentuhan erotis pria itu , vaginanya sudah mulai basah.
bahkan dalam diri Ami ingin membalas perlakuan pria itu , dan menyetuh penisnya , ia seolah ingin penis pria itu masuk ke mulutnya.
Ami memandang pria itu , yg ternyata juga sedang memandangi Ami.
Mereka berdua saling berpandangan cukup lama, sampai akhirnya pria itu tersenyum dan bangkit sambil menarik tangan Ami unutk ikut dengannya , Ami sendiri dengan patuh ikut dengannya setelah sebelumnya merapikan kemeja, jilbab dan jinsnya yang setengah terbuka.
Dengan berdebar debar penuh gairah, Ami mengikuti pria itu dan masuk ke toilet wanita, saat itu toilet sedang kosong.
Setelah mengunci pintu, mereka berciuman dengan ganasnya seolah mereka sepasang kekasih yg telah lama tidak bertemu.
Pria itu menarik pinggang Ami dan merangkul erat tubuh molek gadis itu , Ami bisa merasakan tonjolan penis pria itu menyentuhnya.
Ciuman mereka semakin ganas, lidah mereka saling menyapu, pandangan mata mereka memancarkan gairah yg tak tertahankan.
Sambil terus berciuman, tangan pria itu beraksi di balik Jilbab Ami dan kancing kemejanya sudah terbuka, dan meremas-remasnya sedikit keras, sampai akhirnya pria itu melepas kemeja dan BH Ami.
Pria itu menggemgam bulatan buah dada Ami, menurunkan kepalanya dan mulai menjliati buah dada yg indah dibalik Jilbab yang telah disingkapkan tanpa melepasnya itu.
Ia menjilati puting Ami dengan ujung lidah, meniupnya pelan, membuat Ami bergidik dan geli, dilanjutkan dengan mengulum dan menyedot buah dada itu, lidahnya bergerak gerak memutar, membuat Ami merintih nikmat, meresapi sensasi sensual ini.
Ami kemudian menurunkan tubuhnya membuka kancing celana pria itu dan menurunkannya.
Pria itu hanya tersenyum menatap Ami, saat Ami juga menurunkan celana dalam yg mengurung penisnya.
Tak membuang waktu, Ami menggengam penis itu, menjliati dan mengulumnya sehingga makin mengeras.
Ami bisa merasakan denyutan penis itu saat beraksi dengan jilatannya. Ujung kepala penis itu Ami jilati memutar dengan lidahnya lalu kemudian dikocok dengan jilbabnya dan dikulumnya beberapa saat dan diulang kembali, terus sampai Ami semakin kuat menyedotnya. Nafas pria itu terdengar semakin berat menahan birahi.
Denyutan penis itu dirasakan Ami semakin kentara saat tak lama kemudian memuntahkan isinya, langsung masuk ke tenggorokan Ami.
Semburan spermanya ternyata cukup banyak, Ami tak mampu menelan semuanya , sebagian menetes diantara bibirnya yg manis, dan membasahi jilbabnya. Tanpa merasa jijik Ami menelan cairan asin itu dan menjilati sisa sisa yg menempel di penis pria itu serta menyekanya dengan jilbab biru mudanya itu, hingga pria itu menggelinjang kegelian.
“giliran saya…” kata pria itu sambil mendorong Ami ke dinding.
Pria itu melepaskan Jins ketat Ami dan tentu saja bersama dalamannya.
Pria itu menciumi pangkal paha Ami, menjilatinya, memainkan lidahnya di bibir vagina dan clitnya membuat Ami tersiksa oleh kenikmatan.
Jilatan lembut pria itu diselingi dengan sedotan sedotan yg membuat Ami makin menggelinjang tak tertahankan, mengetahui Ami sudah terangsang tak tertahankan. Pria itu berdiri dan tanpa basi basi langsung menusuk vagina itu dengan penisnya.
“aaaauhhhhhwhw….” Ami mengerang saat penis itu menerobos masuk, untuk memudahkan pria itu mengangkat kedua kaki Ami dan kemudian mulai mendorong dorong keras penisnya masuk semakin dalam.
Ami tak bisa menahan erangannnya , mulutnya terus merintih dan mengerang menikmati serangan demi serangan.
tiba tiba si pria mencabut kembali penisnya , membalikan tubuh Ami , sedikit dibungkukkan dan menembusnya kembali dari belakang.
Ami kemudian menyadari dalam posisi seperti ini, ia tak mungkin mencapai orgasme, maka ia memaksa pria itu mencabut kembli penisnya, medorongnya duduk di toilet, dan Ami naik ke atasnya.
Ami mencari posisi yg tepat, hingga penis pria itu kembali menembusnya .
Posisi seperti itu ternyata menguntungkan juga bagi pria itu, ia bisa meremas buah dada yg menggemaskan itu . setiap Ami bergerak buah dadanya turut bergoyang menggoda dan jilbabnya ikut berkibar.
Butuh waktu yg agak lama sampai akhirnya Pria itu memuncratkan mani nya dalam vagina ami dan diiringi orgasme Ami sendiri, Mereka hanya merintih tertahan karena takut ketauan orang lain.
Setelah puas mereka kembali berpakaian dan secara terpisah kembali ke tempat duduk masing masing ,
dan saat film usai . si pria asing itu tersenyum pada Ami dan menjatuhkan sebuah kartu nama pada pangkuan Ami.
Ami membaca nama dan alamat di kartu nama itu dan berpikir apakah ia akan menemui orang asing itu lagi , dan berpikr kira kira…permainan seru apalagi yg akan ia jalani bersama pria itu..?
entah……..namun Ami berpikir spertinya menarik…dan akan sangat menyenangkan.

Pesta Seks Dengan Gadis-Gadis Berjilbab

Pesta Seks Dengan Gadis-Gadis Berjilbab

Namaku Sonny aku adalah seorang dosen di salah satu perguruan tinggi kesehatan swasta di salah satu kota di sumatera. Umurku 27 tahun dengan perawakan agak gemuk dan kulit hitam wajahku biasa saja bahkan bisa di bilang jelek. Aku tinggal sendirian mengontrak rumah kecil dengan satu kamar, kamar mandi dan dapur. Sebagai seorang dosen tentunya aku sangat sering melihat mahasiswa-mahasiswa cantik berpakaian seksi. tetapi aku lebih suka melihat mahasiswa-mahasiswa berjilbab yang berpakaian seksi. aku pun punya pacar yang cantik dan berjilbab, juga sering berpakaian yang agak menonjolkan keseksian tubuhnya sehingga membuatku sering menelan ludah jika sedang jalan dengannya atau berduaan dengannya. gaya pacaran kami sangat tidak bebas, bahkan pacarku tidak memperbolehkan aku untuk memegangi tangannya. katanya aku hanya boleh menyentuhnya setelah kami menikah nanti. dan kemungkinan kami akan menikah sekitar 6 bulan lagi.



seperti biasa aku bangun pagi, duduk sebentar, kemudian aku berdiri mengambil minum dibelakang. memang sejak bangun tadi perasaan tubuhku agak tidak enak. mungkin akan flu atau demam. kemudian aku mencoba mandi. tubuh ku sudah agak segar setelah selesai mandi. Kemudian aku berpakaian rapi, memanaskan motorku seperti biasa dan berangkat ke kampus tempatku mengajar. Kebetulan hari ini adalah hari pembagian KHS untuk mahasiswa-mahasiswa dari hasil belajar mereka semester yang lalu.




 RANI

 Aku mengajar pelajaran kimia, kira-kira satu setengah jam aku mencukupkan kuliah hari ini, dan kembali ke ruanganku untuk beristirahat. 15 menit aku beristirahat terdengar ketukan pintu dari luar ruanganku. Aku mempersilahkan masuk, ternyata masuk 3 orang mahasiswaku, Siti, Dita, dan Rani. Siti mempunyai tubuh mungil sekitar 155 cm, berwajah cantik, kulitnya putih bersih, memakai jilbab hitam keemasan dengan baju berwarna merah diikat dengan ikat pinggang hitam, mengenakan celana hipster ketat berwarna hitam membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas. Sedangkan Dita, wajahnya sangat manis dengan senyum menawan dan kulit agak gelap, sikapnya agak centil dengan suara yang centil pula, ia memakai jilbab orange terang, memakai baju orange dan lengan hitam, memakai celana hipster abu-abu, dita agak kurus dengan payu dara yang tidak begitu besar. Sedangkan Rani, kulitnya putih bersih dan mempunyai tubuh yang proporsional dengan tinggi badan sekitar 168 cm, pakaiannya bak model sehingga sangat menonjolkan keseksian tubuhnya, ia memakan baju cokelat dengan celana legging ketat tipis sebetis berwarna cokelat dipadu dengan jilbab berwarna putih.


SITI


 
DITA



Aku mempersilahkan mereka duduk di sofa tamu, meskipun gairahku menggelora melihat ketiga mahasiswaku yang cantik dan seksi ini, aku berusaha menahan gejolak nafsuku walaupun “adikku” dibawah sana sudah tidak bisa di ajak berkompromi lagi. Kemudian mereka mengutarakan maksud mereka padaku,
“Pak kami sudah terima KHS semester lalu....” Rani membuka pembicaraan, karena memang di kelas dia yang agak vokal. “Ya, trus kenapa?” sahut ku, “begini pak, setelah dilihat ternyata nilai mata kuliah kimia kami bertiga gagal, kami ingin mengkonfirmasi apakah nilai kami ini memang benar gagal pak...” Lanjut Rani. Aku mengangguk kemudian mengeluarkan berkas dari mejaku, “Ini kalian cari nama kalian dan lihat sendiri nilainya...”. kemudian mereka memeriksa berkas itu dengan seksama, dan terbersit kekecewaan di wajah mereka bertiga.
Mereka bertiga kemudian saling menatap dan Dita mengerdipkan sebelah matanya pada rani dengan nakal. Rani langsung menghampiriku dengan berputar ke belakang kursiku, dan tiba-tiba Dita mengunci pintuku dan menutup gorden jendela dan pintuku. Lalu Rani memijat bahuku, dan berbisik ke telingaku, “kami tau yang bapak mau, rani lihat bapak gelisah dari tadi....” Rani kemudian memagut bibirku dengan bibirnnya yang seksi, dan menjejalkan lidahnya dalam mulutku. Terus terang aku belum pernah melakukan ini sebelumnya, sehingga aku agak kaku dalam menerima ciuman Rani. Nafasku memburu dan jantungku berdegup kencang. Kemudian dari selangkangkan ku tiba-tiba terasa sangat nikmat, ternyata Dita dan Siti sedang mengerjai “adik kecil”-ku. Aku melihat ke arah mereka Dita tersenyum centil padaku sambil mengocok-ngocok dan mengelus dengan lembut kontolku yang sudah mengeras dari tadi, dia sesekali menjilat kepala kontolku sambil mengocoknya, sehingga terasa sangat enak. Sedangkan Siti sedang asyik menjilati buah zakarku dan mengulumnya dengan bibirnya yang kemerahan, membuatku merem-melek dibuatnya, aku berusaha agar tidak mengeluarkan suara, dan merekapun begitu. Dita mulai mengulum kontolku dengan bibir mungilnya, bibirnya yang dipoles lipstik merah jambu membuatnya terlihat sangat seksi saat mengoral kontolku. Kemudian Dita sesekali mengocok kontolku dengan jilbabnya, terasa sangat enak sekali.
Aku tengah terangsang berat, Rani terus saja menjilati bibirku dan mengulum bibirku, aku mulai bisa mengimbanginya, Rani tampak sudah sangat Horny sekali sehingga wajahnya yang putih semakin merah merona. Rani kemudian menyingkapkan setengah bajunya, membuka bra nya sehingga menonjollah payudaranya yang indah dan putih bersih, ku taksir ukurannya sekitar 34, ukurannya sangat proporsional. Kemudian Rani menyodorkan payudaranya ke mulutku, aku langsung mengulumnnya seperti menyusu, Rani melenguh merasakan kenikmatan hisapanku.
Kemudian setelah kira-kira 10 menit pemanasan, Rani turun dari pangkuanku. Dita dan Siti membuka celana panjangku dan melemparnya ke sofa, Kemudian Dita membuka Jean hipsternya hingga terlihatlah pahanya yang mulus walaupun tidak terlalu putih, karna kulitnya yang memang agak hitam seperti orang Pakistan, kemudian Dita mengangkangiku, dan memegangi kontolku dan membimbingnya memasuki vaginanya. Aku melenguh keenakan saat kontolku untuk pertama kalinya merasakan jepitan vagina seorang gadis, sangat nikmat sekali, hal ini yang sudah lama aku impikan untuk mendapatkannya dari pacarku, akhirnya kudapatkan dari gadis lain.
Dita melenguh saat kontolku amblas seluruhnya kedalam vaginanya, memang kontolku cukup besar dan gemuk, dengan panjang 17 cm dengan diameter sekitar 4 cm. “OOOHHH....Pak sonny besar sekali kontol bapak....ookkhh...” racau Dita ditengah lenguhannya. Kemudian Dita menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga kontolku mengocok vaginanya, aku merasakan diselangkanganku sangat nikmat terkocok oleh vagina Dita yang sempit dan berdenyut denyut. Sementara Dita sedang mengerjai kontolku, Siti kemudian menghampiriku, kemudia ia menciumku dengan bibir merahnya, wajahnya yang cantik semakin merangsangku....aku mengulum bibirnya sambil meremas-remas payudaranya yang putih bersih itu yang berukuran sekita 34 sama dengan Rani, Siti mempunyai tahi lalat di payudaranya.
Tak lama kemudian terasa kontolku seperti tersiram cairan hangat, ternyata tubuh Dita telah menegang dan melengkung di pangkuanku. Ia telah mengalami orgasme. Setelah Dita lepas dari pangkuanku, Siti Menarik tanganku, ia kemudian mendorongku ke sofa, hingga aku tertidur di sofa, kemudian dengan cepat Siti yang sudah setengah telanjang dan masih memakai Jilbabnya menaiki tubuhku dan segera mengarahkan kontolku ke liang kenikmatannya, dan memasukkannya pelan-pelan hingga amblas semuanya, “oooookkkkhhh...besar sekali pakkkk.....” racaunya. Mungkin karena tubuh siti yang lebih montok dan seksi dari Dita, liang vagina Siti lebih terasa menjepit dan berdenyut-denyut, aku kelabakan menahan kenikmatan di selangkanganku, jika aku tidak dapat mengendalikan diri, mungkin aku sudah muncrat, tapi aku tak mau buru-buru, karna belum menikmati tubuh si cantik Rani. Siti kemudian dengan perlahan memompa tubuhnya hingga terasa kontolku terkocok sangat nikmat sekali rasanya. Jika terasa akan muncrat aku menahan tubuh siti supaya dia menghentikan goyangannya sejenak, kemudian ia melanjutkan lagi menggenjot kontolku dengan cepat. Begitu seterusnya kami memakai gaya ‘stop-go’ supaya aku tidak cepat orgasme. Setelah terbiasa aku kemudian berganti gaya, menindih Siti dengan gaya missionary, dan menggenjotnya dengan cepat supaya Siti cepat orgasme, dan agar aku dapat menikmati tubuh si kembang kampus Rani yang sedari tadi bermasturbasi menunggu gilirannya.
Sepuluh menit kemudian, Siti mengalami orgasme yang sangat dahsyat, tubuhnya melengkung, vaginanya membetot kontolku dengan keras hingga terasa sangat nikmat. Untuk menghindari orgasme, cepat2 aku mencabut kontolku dari vagina Siti sebelum vaginanya memijat kontolku lebih keras lagi, hingga cairan cintanya muncrat semua keluar. Siti mengejang-ngejang menikmati orgasmenya. Dan segera tertidur di sofa.
Kemudian aku menghampiri rani yang setengah telanjang dengan jilbabnya dibentuk dengan gaya yang seksi, ia tersenyum nakal padaku, mungkin ia tahu aku tengah menantikan untuk bersetubuh dengannya dengan tubuhnya yang seksi itu. Kemudian ia mengampiriku yang masih berdiri dengan kontolku mengacung memerah, setelah merasakan kenikmatan vagina dua temannya. Rani kemudian menyeka kontolku yang berlumuran cairan cinta Siti tadi dengan jilbabnya, aku bergetar saat tangannya menyentuh kontolku, kemudian Rani memasukkan kontolku ke mulutnya dan menghisapnya dengan kuat, “Ooookkkhhh Rani...Nikmat sekali....” racauku. “bapak belum pernah ya...kasian padahal pacarnya cantik gitu”, “iiiya raann....oookkkhhh”sahutku lagi. “Dengan Begini nilai kami selamat kan pak?” kata Rani, “iya Ran, Pasti”jawabku tak menghiraukan lagi ditengah kenikmatan yang melanda selangkanganku. Setelah 5 menit Rani mengoralku, ia kemudian mendorongku hingga tertidur di karpet kantorku, kemudian ia mengangkangi wajahku, “pak isep...”, aku langsung mengulum dan menjilat vaginanya yang merah jambu itu, bulunya tercukur rapi, sehingga terlihat indah, dan sepertinya rajin dirawat karna baunya yang harum. Rani kemudian melenguh-lenguh ditengah jilatanku, aku menghisap klitorisnya dan liang kenikmatan sang bunga kampus pun makin membanjir.
Kemudian Rani melepaskan vaginanya dari jilatanku dan langsung mengangkangi kontolku yang mengacung gagah sedari tadi, dia kemudian menyeka terlebih dahulu lendir yang keluar dari kontolku dengan jilbabnya, terasa geli sekali, dan akupun semakin terangsang dibuatnya. “Pak Rani masukin ya, udah nggak tahan”kata rani sambil mengengam kontolku dengan tangannya dan membimbingnya masuk ke liang kenikmatan miliknya. Kepala kontolku sudah terjepit vagina Rani, kemudian ia menurunkan pantatnya pelan-pelan, tampak ia merintih agak kesakitan menampung kontolku yang besar. “Oookk paaakkk besar sekali...calon istri bapak pasti sangat puas nantinya....oookkkhh paaakk” racaunya setelah kontolku amblas semuanya kedalam liang kenikmatan Rani. Terasa perbedaan jepitan vagina Rani dengan Dita dan Siti, kali ini memang sangat menjepit, mungkin dikarenakan berat badan dan tubuh rani yang memang sangat seksi itu. Setelah rani terbiasa dengan keberadaan kontolku di dalam vaginanya, diapun langsung menggenjot kontolku dengan cepat, sehingga kembali aku merasakan kenikmatan tiada tara pada kontolku.”ookkk raaann...sempit sekali vaginamuuu...” racauku sambil meremas-remas payudaranya, jilbabnya berkibar-kibar saking cepatnya goyangan Rani. 15 menit kemudian aku merasa sebentar lagi akan orgasme, langsung berganti posisi dengan gaya menindih rani dengan gaya missionary. Aku kemudian menggenjot vagina rani dengan liar, karna merasa akan muncrat sebentar lagi, “Raaaannn bapak mau keluar sebentar lagi....ooohhh” kataku, “didalam aja pakkkk....oookkhhh aku nyampeee paaakkk...” Tubuh Rani mengejang dan melengkung, terasa sekali vaginanya membetot kontolku dengan keras sekali dan denyutannya semakin kencang...hingga aku tak tahan lagi dan menyentak vaginanya dalam-dalam hingga mentok dan “oooookkkkkkhhh bapak keluar rannn...oookkhhh” aku menyemburkan mani ku ke dalam liang kenikmatan Rani sangat banyak sekali...kira-kira sampai 10 semprotan kuat didalam vaginanya, dan terasa vaginanya mengempot kontolku dengan kuat seperti memerah spermaku sampai habis.
Kira-kira 1 menitan tubuh kami mengejang, dan langsung ambruk diatas tubuh Rani yang seksi, aku berbisik pada nya”Hebat sekali kamu Ran, bapak beri kalian nilai A+ untuk ini”. “ya terima kasih pak” jawab rani sambil menyunggingkan senyumnya dari wajah cantiknya yang berjilbab itu. Kemudian Rani melapas kontolku dari vaginanya, terlihat cairanku yang kental berleleran di vaginanya. Ia kemudian menyeka kontolku dengan Jilbabnya, membuatku terangsang berat lagi, dan kontolku pun langsung mengacung lagi. “Wah bapak masih semangat aja nih,hihi” katanya menggodaku. “Baiklah kami akan berikan bonus buat bapak, Dit, Siti, ayok..” mereka bertiga kemudian bergantian mengoral kontolku dan sesekali memasukkan ke vagina mereka dan mengocok nya dengan vagina mereka kemudian mengoral lagi, memasukkan lagi ke vagina mereka, mengoral lagi, begitu seterusnya hingga aku kelabakan dan mau muncrat lagi, mereka menyuruhku berdiri lalu menempatkan wajah cantik mereka didepan kontolku. “Pak Ayo keluarin disini...” kata Rani sambil menunjuk wajah cantiknya, “Oke, Pinjam Jilbabnya ya ran..” aku kemudian mengocok kontolku dengan Jilbab rani...dan satu menit kemudian...”ooookkkk nikmat sekaliii” mani ku langsung menyembur mengenai wajah-wajah cantik mereka bertiga. Mereka langsung menjilati kontolku hingga bersih dan menyekanya dengan jilbab mereka masing-masing, membuat aku Horny lagi.
Walaupun sebenarnya aku masih ingin menikmati tubuh-tubuh seksi mereka, tetapi aku teringat ada janji, sore ini dengan pacarku. “Oke cukup segini dulu ya” Aku menahan keinginanku untuk melanjutkan. “Tapi pak, itu nya masih semangat kayaknya, hihi” kata rani menggoda. “Bapak ada janji, tapi bapak masih pengena ran...” kataku. “Ntar lagi deh pake, kalo aku ujianku gagal gagal lagi dengan bapak...hihi...nggak kok pak, kalo bapak senggang bapak boleh telepon Rani...nanti Rani bawain temen-temen Rani yang cantik-cantik lagi...”. “Oh Rani kamu baik sekali makasih banget ya...Bapak Pengen Quick sama kamu 1 kali lagi Ran Boleh?”. Rani langsung membelakangi meja, menunggingkan pantatnya yang sekal dan seksi. Aku langsung penetrasi dari belakang, dan menggenjot Rani dengan cepat. 5 menit kemudian aku menyemburkan spermaku dalam rahim Rani.
Kami kembali berpakaian, Rani, Dita dan Siti, mengganti jilbabnya yang telah berlumuran spermaku tadi. “Makasih ya” kataku pada mereka. “sama-sama pak” kata mereka sambil tersenyum menggoda. Inilah Awal dari petualangan Seks ku dengan para gadis berjilbab yang seksi

Aku dan Gadis Berjilbab Itu

Aku dan Gadis Berjilbab Itu

Saat itu aku sudah bekerja di sebuah LSM di kota B. Saat itu kantor kami menerima beberapa teman untuk magang dari sebuah univeritas islam negeri yang cukup ternama. Saat itu aku diminta untuk memberikan materi magang. Saat sedang memberikan materi aku melihat ada mahasiswi yang selalu tersenyum kepadaku. Tidak lama kemudia kamipun berkenalan. Namanya Iffa, dia mahasiswi tingkat 4, orangnya cukup manis meski tidak begitu tinggi dan juga bekerja di sebuah LSM anak
Singkat cerita aku mengajaknya untuk terlibat beberapa proyek di kantor kami. Akhirnya selain dia terlibat dalam magang, Iffa juga terlibat di beberapa proyek yang sedang aku kerjakan. Kedekatan kami waktu cukup intim, bahkan kami sempat salin mencuri pandang beberapa kali dan berkirim SMS. Pekerjaan yang selalu membuat kami dekat saat itu adalah pada saat hendak melakukan pemantauan untuk pemilihan presiden secara langsung yang pertama kali. Saat itu aku sering mengantarnya ke tempat kos, karena pekerjaan tersebut menyita waktu hingga malam hari.
Pada suatu malam, saat itu kami hanya berdua di kantor menyelesaikan beberapa persiapan untuk penyelenggaraan simulasi pemilu. Aku berkata ”fa dah malam nih, mau makan malam dulu nggak?” ”Mau mas” katanya. ”kita beli sate yuk, kamu tunggu sini, nanti aku pesankan yaa” lanjutku lagi ”baik mas” katanya. Saat itu aku bergegas pergi untuk membeli sate yang letaknya tidak jauh dari kantor. Dan saat kembali ke kantor, aku mencarinya karena kantor tidak terkunci dan kulihat di ruang rapat tidak ada siapapun. Aku pun menyiapkan piring dan minuman untuk kami berdua. ”Mas Farid sudah pulang toh” dia tiba-tiba keluar dari kamar mandi. ”iya nih, makan yuk” lanjutku. Saat itu, untuk pertama kalinya aku menatapnya lembut dan saat itu aku merasa bahwa aku ingin menikmati tubuhnya. Aku pun langsung memegang tangannya ”fa, aku pengen menikmati tubuhmu” kataku ”jangan mas” dia menolakku. Saat itu yang terpikir olehku adalah bagaimana menikmati tubuhnya, aku pun segera mendekap tubuhnya dan ”sudah kamu jangan melawan fa, nikmati aja” kataku ”jangggan maas” katanya memohon padaku. Saat itu aku sudah tidak peduli dengan permohonannya. Saat itu aku langsung memegang kedua lengan bagian atas Iffa dengan cepat mulai membuka kancing-kancing depan baju terusan yang dikenakan Iffa. Badan Iffa hanya bisa menggeliat-geliat, “Jangan…, jangan lakukan itu!, stoooppp…, stoopppp”, akan tetapi Aku tetap melanjutkan aksiku. Sebentar saja baju bagian depan Iffa telah terbuka, sehingga kelihatan dadanya yang kecil mungil itu ditutupi dengan BH yang berwarna putih bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya. Perutnya yang rata dan mulus itu terlihat sangat mulus dan merangsang. Tangan kanan Aku bergerak ke belakang badan Iffa dan membuka pengait BH Iffa. Kemudian Aku menarik ke atas BH Iffa dan…, sekarang terpampang kedua buah dada Iffa yang kecil mungil sangat mulus dengan putingnya yang coklat muda agak tegang naik turun dengan cepat karena nafas Iffa yang tidak teratur. “Oooohh…, ooohh…, jaanggaannn…, jaannnggaann!”. Aku mulai mencium belakang telinga Iffa dan lidahnya bermain-main di dalam kuping Iffa. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Iffa menggeliat-geliat dan tak terasa Iffa mulai terangsang juga oleh permainanku ini. Aku sengaja tidak melepas jilbabnya, karena aku ingin melihatnya telanjang dengan jilbab yang masih terpakai di kepalanya
Mulutku berpindah dan melumat bibirnya dengan ganas, badan Iffa yang tadinya tegang mulai agak melemas, kepala Iffa tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arahku, payudaranya yang kecil mungil tapi bulat kencang itu, seakan-akan menantangku
Aku langsung bereaksi, tangan kananku memegangi bagian bawah payudara Iffa, mulutnya menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Iffa yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutku. Buah dada Iffa yang kecil mungil itu hampir masuk semuanya ke dalam mulutku, Aku mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Terasa sesak napas Iffa menerima permainanku yang lihai itu. Badan Iffa terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan, “Sssshh…, ssssshh…, aahh…, aahh…, ssshh…, sssshh…, jangaann…, diiteeruussiinn”, mulut Aku terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan mejilat-jilat kedua puting buah dada Iffa secara bergantian selama kurang lebih lima menit.
Badannya benar-benar telah lemas menerima perlakuanku ini. Aku melihat matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Dalam keadaan terlena itu tiba-tiba badan Iffa tersentak, karena dia merasakan tanganku mulai mengelus-elus pahanya yang terbuka karena rok panjangnya telah terangkat sampai pangkal pahanya. Iffa mencoba menggeliat, badan dan kedua kakinya digerak-gerakkan untuk mencoba menghindari tanganku tersebut beroperasi di pahanya, akan tetapi karena badan dan kedua tangannya terkunci olehku, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa, yang hanya dapat dilakukan oleh Iffa adalah hanya mengerang, “Jaanngaannnn…, jaannngggannn…, diitteeerruusiin”, akan tetapi suaranya semakin lemah saja.
Melihat kondisi Iffa seperti itu, Aku yang telah berpengalaman, yakin bahwa gadis ayu ini telah berada dalam genggamanku. Aktivitas tanganku makin ditingkatkan, terus bermain-main di paha Iffa yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan jariku menyentuh bibir kemaluannya. Segera badan Iffa tersentak dan, “aahh…, jaannggaan!”, mula-mula hanya ujung jari telunjuk Aku yang mengelus-elus bibir kemaluan Iffa yang tertutup CD, akan tetapi tak lama kemudian tangan kananku menarik CD Iffa dan memaksanya lepas dari pantatnya dan meluncur keluar di antara kedua kaki Iffa. Iffa tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghindari perbuatanku ini. Sekarang Iffa dalam posisi duduk di atas meja dengan tidak memakai CD dan kedua buah dadanya terbuka karena BH-nya telah terangkat ke atas. Muka Iffa yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Tampa menyia-nyiakan waktu yang ada, Aku, dengan tetap mengunci kedua tangan Iffa, tangan kananku mulai membuka kancing dan retsliting celanaku, setelah itu dia melepaskan celana yang dikenakannya sekalian dengan CD-ku. Pada saat CD-ku terlepas, maka senjataku yang telah tegang sejak tadi itu seakan-akan terlonjak bebas mengangguk-angguk dengan perkasa. Aku agak merenggangkan badannya, maka terlihat oleh Iffa benda yang sedang mengangguk-angguk itu, badan Iffa tiba-tiba menjadi tegang dan mukanya menjadi pucat, kedua matanya terbelalak melihat benda yang terletak diantara kedua pahaku. Dari mulutnya aku mendengar jeritan tertahan, “Iiihh”, disertai badannya yang merinding. Aku menatap muka Iffa yang sedang terpesona dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka itu, “Kau Cantik sekali Iffa…”, gumam Aku mengagumi kecantikan Iffa.
Kemudian dengan lembut Aku menarik tubuh Iffa yang lembut itu, sampai terduduk di pinggir meja dan sekarang Aku berdiri menghadap langsung ke arah Iffa. Sambil memegang kedua paha Iffa dan merentangkannya lebar-lebar, Aku membenamkan kepalaku di antara kedua paha Iffa. Mulut dan lidahku menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan Iffa yang yang masih rapat, tertutup rambut halus itu. Iffa hanya bisa memejamkan mata dan berteriak “Ooohh…, nikmatnya…, ooohh!”, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian. “Ooooohh…, hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya. “Mass…, aku tak tahan lagi…!”, Iffa memelas sambil menggigit bibir. Tanganku yang melingkari kedua pantat Iffa, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Iffa dengan sangat bernafsu.
Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan olehku ini, Iffa benar-benar sangat kewalahan dan kemaluannya telah sangat basah kuyup. “Maasss…, aakkhh…, aakkkhh!”, Iffa mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepalaku untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambutku keras-keras. Aku melepaskan diri, kemudian bangkit berdiri di depan Iffa yang masih terduduk di tepi meja, aku menarik Iffa dari atas meja dan kemudian Aku gantian bersandar pada tepi meja dan kedua tangannya menekan bahu Iffa ke bawah, sehingga sekarang posisi Iffa berjongkok di antara kedua kakiku dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya. Iffa sudah tahu apa yang diinginkan olehku, namun tanpa sempat berpikir lagi, tanganku telah meraih belakang kepala Iffa dan dibawa mendekati kejantananku.
Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Iffa, kepala penisku telah terjepit di antara kedua bibir mungil Iffa, yang dengan terpaksa dicobanya dan dikulum alat vitalku ke dalam mulutnya. Ku lihat Iffa bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Rasanya sangat seksi melihat gadis yang sudah telanjang tapi masih memakai jilbab sedang menyedot penis
Beberapa saat kemudian Aku melepaskan diri, badannya yang ringan itu dan membaringkan di atas meja dengan pantatnya terletak di tepi meja. Kemudian Aku mulai berusaha memasuki tubuh Iffa. Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Iffa, hingga Iffa merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Iffa yang memang sudah sangat basah itu.
Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Iffa. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Iffa. Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Iffa terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Iffa mencengkeram dengan kuat pinggangku.
Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Iffa berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Iffa mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Iffa berusaha bernafas dan …:” “Mass…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Iffa sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina Iffa, maka klitoris Iffa terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Iffa menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Aku tersebut terus menyetubuhi Iffa dengan cara itu. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus bermain-main pada bagian dada Iffa dan meremas-remas kedua payudara Iffa secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Iffa terkulai lemas tak berdaya di atas meja dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya.
Selama proses orgasme yang dialami Iffa ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Iffa dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Iffa, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Iffa yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Iffa yang telah lemas itu hingga sekarang Iffa setengah berdiri tertelungkup di meja dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Iffa yang kini menggantung ke bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Iffa dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Iffa dari belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Iffa. Kedua tanganku memegang pinggul Iffa dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Iffa tidak terletak pada meja lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada meja. Kedua kaki Iffa dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Iffa ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa, “Oooooooh!”, penisku tersebut menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Iffa yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Iffa yang ketat itu.
Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di kursi yang tidak berlengan dan Iffa kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Iffa dan mendorongnya sehingga kepala penisnya masuk terjepit dalam liang kewanitaan Iffa, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Iffa dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Iffa. Tangan kananku memeluk punggung Iffa dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Iffa melekat pada badanku. Kepala Iffa tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Iffa yang agak basah terbuka itu.
Iffa mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Tak berselang kemudian, Iffa merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Iffa tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Iffa tak peduli lagi, “Aaduuuh…, eeeehm”, Iffa memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.
Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Iffa di atas meja dengan pantat Iffa terletak pada tepi meja dan kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Iffa yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Iffa yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Iffa yang terkapar lemas di atas meja.
Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Iffa benar-benar telah KO dan dibuat permainan dan benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku.
Aku mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Iffa. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya ke dalam vagina Iffa. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Iffa yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.
Aku melihatnya lemas dengan jilba yang sudah nggak keruan bentuknya lagi dan aku berkata, supaya lain kali dia pasrah saja dan nggak perlu melawan, aku melihatnya mengangguk sedih sambil menangis. Dalam ahti aku berkata, maafkan aku fa yang telah merenggut keperawananmu

Ngentot dengan gadis berjilbab

Ngentot dengan gadis berjilbab

Sambil tetap berciuman aku lucuti jubahnya panjangnya, Umi..mahasiswi cantik ini tinggal jilbab yang menutup kepala dan pundaknya, BH dan CDnya aku buka .Juga kubuka bajuku sendiri dan celanaku sambil masih tetap berciuman. Begitu aku lepas BH yang berkop 36C, ciumannku begeser kebawah menjilat puting gadis berjilbab ini yang payudara kanan sudah mengeras tanganku kiri megang payudara kiri dan tangan kananku mengusap CD nya yang sudah lembab , basah pertanda Umi sudah terangsang berat. Sambil jilat puttingnya tanganku kanan kumasukan kedalam CDnya , terasa bulu-bulu halus dan sampailah pada kelentitnya yang sangat basah licin, kepalanya Umi dan jilbabnya goyang-goyang tidak karuan sambil merancau”Oh…oh.. Anto…geli disitu… oh….terus..terus…” posisiku tetap menjilat putingnya dan tangan kananku mengobel-ngobel mem*knya yang sudah basah dan aku lepaskan CDnya, sambil melirik kulihat vaginanya indah sekali dengan bulu-bulunya tidak terlalu lebat. Sambil aku merambat turun menjilati payudara, terus perutnya sambil tanganku berubah megang kedua payudaranya, pelan-pelan lidahnya sampai ke vaginanya dan disitu terpampang pemandangan yang indah , itilnya yang kelihatan merah jambu dengan bau khasnya, aku mulai menjilat itilnya yang sudah terlihat membengkak.
Gerakan Umi sudah tidak karu-karuan kepalanya yang berjilbab geleng-geleng kenceng , tangan mencengkeram bantal yang satunya jambak rambut ku “ Anto… Anto… nikmat sekali disitu… aku gak tahaaaaan….aduh…. terus…. Terus yang cepat…..” semakin gerakannya liar semakin cepat gerakan jilatan lidahku di itilnya akhirnya…. “ Anto … aku gak tahaaaaaaan… aku keluuuuuuuar…” kepalaku dijepit kuat kuat oelh pahanya sambil diangkat-angktnya, Umi sudah mencapai orgasmenya…. Perlahan-lahan kepalaku naik lagi sambil menyingkap jilbabnya yang menutupi pemandangan kearah payudaranya dan aku cium dan jilat putingnya dia mulai tenang dan senyum “ Luar biasa Anto… hebat kamu.. baru kali ini aku merasakannya… terima kasih ya…” sambil keatas kucium lagi bibirnya dan aku bisikan “ Aku belum…” sambil nyubit pantatku mahasiswi berjilbab ini tersenyum cantik sekali.
Perlahan-lahan penisku ambil posisi, dituntunnya penisku menuju vaginanya “ Besar sekali punyamu….keras lagi..” sambil senyum , pemandangan yang begitu indah senyuman wajahnya yang masih berjilbab tampak semakin cantik dan menggairahkan ” pelan…pelan ya…. Karena ini baru yang kedua bagiku….” Benar aja walaupun sudah dituntun tangannya tetap aja penisku baru kepalanya / topinya yang masuk , sambil gadis jilbab ini memejamkan matanya dibantunya memasukan penisku di vaginanya, masuk sepertiganya “ Pelan-pelan ya…” berciuman dan matanya terpejam terlihat dia sedang menikmati masuknya perlahan-lahan penisku di vaginanya. Begitu sudah dua pertiganya aku agak dorong agak keras,dan bleees …matanya terbelalak “AAAAhhhhh…!!!” Mata Umi terpejam, ia menggigit bibir bawahnya Aku diam sejenak mengamati perubahan expresi wajah gadis berjilbab ini Sedetik..dua detik…matanya terbuka,dan senyumannya yang cantik mengembang.Luar biasa…wajahnya yang berjilbab semakin cantik saja menikmati kemaluanku yang memenuhi lubang mem*knya.Aku mulai mendorong maju mundur awalnya perlahan-perlahan, terus dia mulai pantatnya digoyangkan”Aduh… mem*kmu lembut sekali Umi…” dia nyubit pantatku “Ayo… goyang agak kencengan…..” ‘Ah.. ah.. ah terus Anto terus … lagi.. kenceng lagi… aduh terasa mentok nich… terus…….nikamt sekaaali… hayo” goyangan pantatnya mulai tidak teratur , kakinya juga kepala yang berjilbab menggeleng-geleng semakin menggairahkan …”
Anto… aku gak taaahaaan lagi… nich…. Hayo…” tangannya menjambak rambutku “ Tunggu sayang … aku juga mau keluar… kita bareng aja ya….” Celotehku… “ dikeluarin dimana?” tanyaku “ Aduh…aduh jangan dicabut… genjot yang kenceng lagi… aduh… mentok banget….keluarin di dalam aja… aduh… ayo… aku gak tahannn… mau sampek” aku genjot semakin kenceng dan lahar putih sudah diubun-ubun” Aku mau keluuuuar Umi….” “ Ayooooo … aku juga….. ah… ah…. Aku sampeeeeeeeek…. Eh… uh….” Spermaku nyemprot empat kali…. Umi masih aja goyangin pantatnya…..begitu melek matanya tersenyum manis sekali dengan wajahnya masih berjilbab dan mengelus-elus rambutku… “Anto … gila ini kita koq bisa melakukan hal seperti ini….apapun makasih ya…” penisku mulai lunglai dan perlahan lahan akan aku tarik dari vaginanya, tiba-tiba… “ jangan dilepas dulu…. Biarin didalam aja….” Rupanya dia sedang menikmati proses mengecilnya penis di dalam vaginanya… dan begitu aku tarik…. …. “ah….” Gadis berjilbab ini tersenyum indah…..wajahnya cantik berseri nampak sangat bahagia terlihat dibalik jilbab yang dikenakannya

MEMPERDAYA GURU BIOLOGI YANG CANTIK

 MEMPERDAYA GURU BIOLOGI YANG CANTIK

Hari itu aku berangkat  pagi-pagi ke sekolah. Habis mau bagaimana lagi, tempat tinggalku agak jauh dari tempatku mengajar. O,ya aku sekolah di SMA negeri di kota X. Sekolah ini termasuk unggulan, namun bukan dalam hal akademisnya melainkan dalam hal ekskulnya. Ssetiap pulang para siswa terlebih dahulu mengikuti ekskul hingga sore hari. Karena termasuk sekolah baru, guru yang mengajar umumnya masih muda. Mereka rata-rata tidak ada yang berumur lebih dari 30 tahun. Jam 6 pagi aku sudah pergi ke ruang guru. Disitu baru nampak beberapa pengajar yang sudah hadir bersamaan. Diantara mereka ada yang amat menarik perhatianku dari semenjak ia pertama kali bergabung bersama staf pengajar di sekolah ini. Namanya Firdhayanti biasa dipanggil oleh lingkungan sekolah Bu Firdha dan dia mengajar biologi. Selain mengajar biologi, dia juga menjadi pengurus UKS maklum sekolah ku masih baru 2 tahun berdiri jadinya minim SDM. Bagiku dia termasuk kategori perempuan yang manis, umurnya terpaut 5 tahun lebih tua dariku. Tingginya dibawah beberapa senti dariku dengan berat badan yang ideal. Perempuan itu selalu berpenampilan rapi dengan secarik kain jilbab menghiasi kepalanya. Dia baru mulai mengajar sekitar 2 bulan yang lalu. Pagi itu Firdha datang memakai baju lengan panjang berwarna biru muda dipadu dengan rok panjang sewarna pula sedangkan jilbab yang dikenakanannya berwarna putih bermotifkan bunga, amat serasi. Sejujurnya, yang membuat aku begitu tertarik padanya diluar wajahnya yang manis menggemaskan itu tidak lain karena bentuk tubuhnya yang aduhai mengundang birahiku. Pakaian yang dikenakannya selalu terlihat agak ketat entah disengaja atau tidak. Dan walaupun jilbab yang dikenakannya panjang selengan namun ukuran payudaranya yang montok selalu tersembul dari balik baju dan jilbabnya. Belum lagi kalau memperhatikan saat ia berjalan, pantatnya yang montok itu selalu bergoyang naik turun membuat selalu tidak konsen. Akibat sering membayangkan Firdha jadinya aku sering berfantasi sedang menyetubuhinya dalam keadaan dia telanjang namun tetap mengenakan jilbabnya. Tentu merupakan hal yang menarik apabila wanita berjilbab namun tidak berbusana. Selama ini aku hanya bisa mengkhayal Firdha yang berjilbab telanjang di depanku. Memikirkan hal itu aku jadi sering merasa horny. Sampai-sampai aku bertekad untuk bisa melancarkan hasrat terpendam yang begitu menyiksa ini.

Pukul 1 siang dan bel pulang berbunyi dan aku masih berada di lingkungan sekolah ini sampai sore karena memang hari itu aku punya jadwal untuk ikut les tambahan untuk anak kelas 2. mulai jam 2 siang hingga 4 sore.
Tak terasa sudah jam 4 sore. Semua murid les pulang, sedangkan aku masih ada di sekolah untuk membereskan perlengkapan belajarku. Sore hari itu sekolah yang tadinya ramai kini menjadi sepi.
Aku berjalan menuju ruang guru untuk mengembalikan penggaris dan kulihat nampak tas kepunyaan Firdha masih ada di ruangan. Nampaknya guru lainnya sudah pulang sedangkan dia masih di sekolah. Aku penasaran mencari tahu keberadaan perempuan cantik itu . Tapi sebelumnya aku ingin sekali cuci muka melepas kepenatan selama belajar tadi. Segera aku menuju kamar mandi dekat ruang guru. Di sana hanya ada 2 kamar mandi satu untuk pria satu untuk wanita. Namun dindingnya tidak membatasi dengan sempurna, ada sekitar 30 cm celah di atas dinding yang membatasi kamar mandi itu.
Perlahan kubuka pintu kamar mandi khusus guru pria dan belum lagi kututup pintunya aku mendengar suara desahan pelan dari kamar mandi sebelah. Terkesima dengan suara yang aku dengar, segera kuberjingkat-jingkat menaiki bak mandi untuk mengintip ke kamar mandi sebelah. Saat mengintip aku terkejut bukan kepalang karena ternyata di sana kulihat Firdha, guru berjilbab yang mempunyai wajah manis nan menggemaskan itu sedang berjongkok tanpa mengenakan rok panjangnya. Terlihat roknya berada di gantungan kamar mandi. Saat itu dia memandangi gambar di ponselnya. Aku menduga dia tengah menonton blue film, karena terlihat dia tidak bias mengendalikan diri dan menggosok-gosok vaginanya. Tak kusangka walaupun berjilbab, Firdha terlihat sangat birahi. Kuabadikan masturbasi guru berjilbab tersebut dalam ponsel kameraku. Firdha tidak sampai mengerang, mungkin dia takut ketahuan apabila terdengar orang lain. Melihat ia sedang bermasturbasi membuat gairah birahi mulai menguasai pikiranku. Tak dinyana, kesempatan untuk melampiaskan hasratku padanya telah muncul dengan sendirinya.
Kira-kira 15 menit setelah Firdha guru biologi berjilbab yang “alim” itu baru keluar dari kamar mandi. Sekali lagi kulihat-lihat rekaman video dan foto hasil jepretanku tadi. Kulihat seeorang wanita manis berjilbab dengan tangan yang sedang asyik memainkan jemarinya di vaginanya. Kakinya terlihat putih dan mulus sekali. Ini menjadikan birahiku semakin meluap-luap. Segera aku bergegas menuju ruangan guru seraya menghampirinya yang sedang duduk. Kemudian dengan tanpa basa-basi kuelus-elus kepalanya yang berjilbab putih dengan motif bunganya. Dengan gerak refleks guru berjilbab itu terlompat dari duduknya.
“Astaga! Kurang ajar! Apaan sih maksud kamu Ar!”, hardik Firdha yang terkaget-kaget dengan kelakuanku terhadapnya tadi dengan wajah memerah karena marah.
Tanpa banyak omong kutunjukkan fotonya saat bermasturbasi tadi, kulihat dia sangat shock.
“Dengar sayang, kalo kamu sampai berani menolak melayaniku, foto dan video ini akan kusebar luaskan”, ancamku seraya mendekatinya lalu mengelus-elus jilbabnya.
Dia hanya bisa terdiam tanpa kata-kata. Sekilas kemudian kujambak jilbabnya agar dia mengikutiku menuju ruang UKS. Sesampainya di sana pintu kukunci.
“Firdha meskipun kamu pakai jilbab ternyata libidonya tinggi juga yah?”, kataku sembari tersenyum penuh kemenangan.
Guru cantik berjilbab itu hanya bisa diam tertunduk sambil duduk di kursi. Air matanya hampir keluar. Kudekati ia seraya menjamah dan mengelus kepalanya yang berjilbab. “Sudahlah sayang kamu tidak usah banyak tingkah. Yang penting kamu tinggal ikut saja apa mauku semuanya pasti beres. Yakinlah kamu akan segera tahu apa bedanya main sendirian dengan main berpasangan”, ucapku lagi seraya menurunkan ritsluiting celanaku. Melihat hal itu wajah Firdha semakin tertunduk. Aku hanya bisa tertawa kecil melihat ia serasa tidak berdaya.
Setelah celanaku melorot seluruhnya kebawah segera kuperintah Firdha untuk menurunkan celana dalamku seraya memintanya untuk mulai mengoral penisku. Mulanya ia berontak namun karena ancamanku yang akan menyebarkan gambar dan video yang memalukan itu akhirnya dengan sangat terpaksa dia menurutiku karena takut gambarnya tersebar. Dari tempatnya duduk, sambil berdiri kuusap-usap kepalanya yang berjilbab itu saat mulut Firdha perlahan mulai memainkan penisku. Air matanya terlihat menetes membasahi jilbabnya. Namun aku hanya tersenyum lebar penuh kemenangan sambil mengusap-usap jilbabnya. “Sshh…mmmhh…ennak sekallii sayaangg..”, desahku saat penisku keluar masuk mulutnya. “Mmmh…slurp…cupp..”, desah suara dan bunyi yang dari mulut guru berjilbab itu menahan birahi yang nampaknya mulai merasuki dirinya. Ya, sepertinya ia mulai terangsang karena saat ia sedang mengoralku tanganku yang satu lagi asik meremas-remas payudara montok miliknya dari luar busananya.
Sekitar 10 menit kemudian kurasakan gejolak yang tidak tertahankan di ujung penisku. Nampaknya aku tak mampu lagi menahan lebih lama dan, “Croot…croott”, spermaku keluar dengan deras. Karena kaget Firdha melepas hisapannya sehingga spermaku tidak hanya menodai wajah manisnya namun juga jilbabnya. Kulihat jilbabnya yang bermotif bunga kini bertambah dengan bercak-bercak spermaku. Namun aku belum puas. Kuperintahkan dia melepas semua bajunya namun tetap mamakai jilbabnya. Dan aku juga segera melepas bajuku.
Fantasiku melihat Firdha yang berjilbab namun tidak berbusana akhirnya terpenuhi” kataku dalam hati.
Kulihat dugaanku tidak salah, Firdha terlihat menantang walau telanjang tanpa melepas jilbabnya. Dadanya montok seolah minta untuk diemut. Segera kuraih dada kanannya dan kukulum dengan rakus.
“Ohh…ah..ah…ah..”, walau kupaksa ternyata Firdha terdengar amat menikmatinya. Kulihat wajahnya di balik jilbab ketika sedang horny, hal itu segera membuat penisku kembali tegang. Lalu kubaringkan Firdha di ranjang yang berada dalam ruangan UKS dan kuserbu mulut guru berjilbab itu dengan nafsunya. Sembari menciuminya tangan kananku meremas buah dada montok miliknya itu sedangkan tanganku yang kiri mulai mengelus dan memainkan vaginanya. Sekitar 10 menit kulakukan hal itu. Kemudian kupandangi wajahnya yang cantik masih terbalut jilbab nampak sedang terangsang karena ulahku.
Terasa jemariku yang bermain di vaginanya mulai kebasahan akibat cairan kewanitaan yang keluar dari dalam. “Hmm…nampaknya dia benar-benar sudah terangsang” ujarku dalam hati. Sejurus kemudian kubalik tubuhnya seraya menunggingkan bokongnya yang sekal itu. Lalu kulebarkan kedua paha putih mulus guru berjilbab itu. Sembari mencengkeram pantatnya dengan tangan kananku, tangan kiriku membimbing penisku menyodok perlahan ke dalam belahan vagina Firdha. “Ouhh…”, desahnya dengan tubuh bergetar kala kupenetrasi liang surgawi miliknya. Perlahan tapi pasti penisku masuk sesenti demi sesenti dan rasanya sempit sekali. Dan akhirnya setelah berjuang beberapa menit penisku bisa menembus dalam-dalam sampai menyentuh dinding rahim miliknya. “UUhhhh..”, hela nafasku sembari melirik kebawah. Kulihat batang penisku tidak seluruhnya masuk tersisa sesenti. Dan yang tidak kusangka-sangka ternyata dari situ tidak terlihat adanya darah tanda keperawanan. “Hmm…Sepertinya Firdha sudah tidak lagi perawan”, ujar batinku namun tidak kupedulikan karena yang penting sekarang menuntaskan birahi yang selama ini kupendam padanya habis-habisan. Perlahan kugenjot tubuh sintal guru berjilbab ini seraya kedua tanganku mencengkram bongkahan pantatnya yang montok. Seperti joki yang memacu kuda. “Ohhh…nikmat sekali milikmu sayang…”, racauku seraya menggenjot penisku keluar masuk. “Ouuhhh…uuuhh...Arrr....riii”, balasnya mendesah penuh nikmat. Dari belakang dapat kulihat jelas kedua tangannya meremas-remas kasur menahan nikmat. Sedangkan kepalanya yang terbungkus jilbab menggeleng ke kanan dan ke kiri dengan wajahnya yang cantik nampak seperti terbuai oleh nikmatnya sodokanku dari belakang. “Plak…plakk…”, bunyi selangkanganku beradu dengan pantatnya yang sekal ini.
Sekitar 15 menit dapat kurasakan penisku sudah tidak dapt lagi menahan gejolak sperma yang akan keluar.
“Sayyanggh…akkkuuu…keluarr…nnih…!”, seruku yang akan klimaks. “Akkhh....say....yang....”, sahut Firdha dengan wajah mendongak keatas yang ternyata juga akan mencapai puncak orgasmenya. “Ooohhh…”, desahku panjang saat kubenamkan penisku dalam-dalam bersamaan dengan keluarnya spermaku kedalam vaginanya. Setelah keluar semua. kuambil rok panjang biru milik guru jilbab ini untuk membersihkan penisku dan vaginanya dari cairan yang keluar baik dari milik kami berdua.
Setelah aku merasa kembali mendapatkan tenaga menggenjot Firdha, kuminta dia untuk berbaring telentang. Tanpa membuang waktu segera kuaduk-aduk vaginanya. Dia terlihat sangat menikmati permainanku ini. Puas dengan posisi itu, gantian aku yang telentang, kemudian kuminta dia menggenjot penisku dari atas. Jepitan vaginanya terasa nikmat sekali. Genjotannya yang liar membuatku tidak bisa bertahan lama. Tujuh menit kemudian aku memuncratkan spermaku di lubang kenikmatan Firdha. Terlihat wajahnya yang manis menunjukkan ekspresi kepuasan.
Sehabis itu kami ngobrol sebentar sambil memakai pakaian kami kembali. Dan dari situ muncul pengakuan kalau dulu Firdha pernah nge-seks dengan pacarnya sebelum pakai jilbab. Sebelum berpisah aku mendapatkan kesepakatan dengan guru berjilbab ini apabila aku berjanji tidak akan pernah menyebarkan foto dan video yang kuambil di kamar mandi tadi, dia bersedia berhubungan seks denganku lagi. Tentunya lain kali dengan menggunakan pengaman! Setelah memeluk dan melumat bibirnya yang manis itu kami segera keluar sekolah karena takut ketahuan orang lain.
Tak terasa hari hampir gelap kulihat Firdha segera menuju tempat parkir dan menutupi jilbabnya yang penuh sperma dengan helm sepeda motor, mungkin dia malu bila ketahuan ada sperma di jilbabnya. Akupun segera pulang dengan senyum kepuasan di wajah karena kutahu, mulai besok aku akan menjalani hari dengan penuh gairah birahi!

Keperawanan Ibu Guru

Keperawanan Ibu Guru

Namaku Arly dan sekarang umurku baru 15 tahun, dan perawakanku tinggi 171.5 cm dan kulitku sawo matang, sedangkan mataku berwarna coklat, dan kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata sekaligus pengalaman hidupku. Tahun 2010 beberapa hari yang lalu, saat ini aku sekolah di salah satu SMK yang ada di Tanjung Pinang (kepulauan Riau). Sekolahku letaknya jauh di luar kota (kira-kira 20 km dari kota tempat tinggalku), dan sehari-hari aku pergi menggunakan bus jemputan sekolahku, dan dari sinilah kisahku bermula.
Pada suatu siang saat di sekolahan aku dan teman-teman sedang istirahat di kantin sekolah dan sambil bercanda ria, dan saat itu pula ada guruku (berjilbab) sedang makan bersama kami, pada saat itu pula aku merasa sering di lirik oleh ibu itu (panggil saja Eka), bu Eka badannya langsing cenderung agak kurus, matanya besar, mulutnya sedikit lebar dan bibirnya tipis, payudaranya kelihatan agak besar, sedangkan pantatnya padat dan seksi, bu Eka adalah guru kelasku yang mengajar mata pelajaran bahasa Inggris, dan dalam hal pelajarannya aku selalu di puji olehnya karena nilaiku selalu mendapat 8 (maaf bukan memuji diri sendiri!!) Saat didalam pelajaran sedang berlangsung bu Eka sering melirik nakal ke arahku dan terkadang dia sering mengeluarkan lidahnya sambil menjilati bibirnya, dan terkadang dia suka meletakkan jari tangannya di selangkangannya dan sambil meraba di daerah sekitar vaginanya. Dan terkadang saya selalu salah tingkah di buatnya (maklum masih perjaka!!!!), dan kelakuannya hanya aku saja yang tahu. Saat istirahat tiba aku di panggil ke kantor oleh ibu itu, dan saat itu aku di suruh mengikutinya dari belakang.
Jarak kami terlalu dekat sehingga saat aku berjalan terlalu cepat sampai-sampai tangan ibu Eka tersentuh penisku (karena bu Eka kalau berjalan sering melenggangkan tangannya) yang saat itu sedang tegang akibat tingkahnya di kelas. Namun reaksi ibu Eka hanya tersenyum dan wajahnya sedikit memerah. Sampai saat aku pulang menaiki bus jemputan kami. Aku dan temanku duduk paling belakang, sedangkan bu Eka duduk di kursi deretan paling depan. Saat semua teman-temanku sudah turun semua (saat itu tinggal aku, bu Eka dan supirnya) bu Eka melirik nakal ke arahku, dan tiba-tiba ia langsung pindah duduknya di sebelahku, dia duduk paling pojok dekat dinding, dan dia menyuruhku pindah di sebelahnya, dan aku pun menanggapi ajakannya. Saat itu dia meminjan handphoneku, katanya dia mau beli hp yang mirip punyaku (Nokia tipe 6600) entah alasan atau apalah. Saat dia memegang hpku, tiba-tiba hpku berbunyi, dan deringan hpku saat itu berbunyi desahan wanita saat di kentot.
“Aaaahhhhh……. ahhhhshhhhshshh…. ooooo…. oooohhhhhh” dan seterusnya ternyata temanku yang menelepon. Tanpa basa basi bu Eka bilang…
“Apa ngga ada yang lebih hot, ibu mau dong”. dengan nada berbisik.
Yang membuatku nafsu.
“Jangan malu-malu tunjukin aja ama ibu…”
Saat itu kupasang earphone dan langsung aku perlihatkan rekaman video porno yang ku dapat dari temanku. Tanpa aku sadari bu Eka meraba kontolku yang saat itu sedang tegang-tegangnya, dan dia terkejut,
“Wooow besar sekali anumu…”
Padahal aku punya ngga gede-gede amat, panjangnya 15 cm dan diameternya 2.3 cm aja yaaa standart lahhhh. Dan terjadilah percakapan antara aku dan bu Eka. Saat itu dia berbisik padaku…
“Aku masih perawan looo……” diiringi dengan desahan.
Lalu jawabku
“Oh yaaa, saya juga masih perjaka bu…”
“Jadi klo gitu kita pertemukan saja antara perjaka dan perawan, pasti nikmat”.
Tanpa basa basi lagi.
“Ngga ah bu, saya ngga berani!!”
“Ayolah… (dengan nada memelas)”
“Tapi di mana bu?” tanyaku!
“Di hotel aja biar aman”
“Tapi saya ngga punya uang bu”
“Ngga apa-apa ibu yang bayarin!!!”
Dan saat tiba di kamar hotel ibu itupun langsung beraksi tanpa basa basi lagi. ia melucuti bajunya satu persatu sambil di iringi dengan desahan yang pertama ia lepaskan adalah jilbab yang menutupi kepalanya, lalu baju, kemudian rok panjangnya dan tibalah saat ia melepaskan BHnya, yang kulihat saat itu adalah toket bu Eka yang putih mulus (mungkin karena sering di tutupi kalleeee) dan putingnya yang masih merah dan pada saat ia mau melepaskan celana dalamnya.
“Mau bantuin ngga…..” tanya bu Eka kepadaku.
Lalu hanya kujawab dengan mengangguk saja tanpa basa basi juga, aku mulai melepaskan celana dalamnya yang berwarna putih tipis yang kulihat saat itu adalah jembut tipis saja, lalu aku mulai menyandarkannya di dinding kamar sambil kujilati. Dan timbullah suara desahan yang membuat tegang kontolku.
“Aah… ahh….. ahhhshhh… terruusss……. ohhh…… yeahhh……. ooohhhh……. au….. udahh dong ibu ngga tahan lagi…. ooohhhh….. yeah….. o..o… oo…. ohhhh…”
Tanpa ku sadari ada cairan yang membasahi wajahku. Cairan putih ituku hisap dan kutumpahkan ke dalam mulutnya, ternyata bu Eka suka.
“Mau lagi donggg……….” lalu aku kembali menghisap pepek bu Eka yang basah dan licin kuat-kuat…
“Aaahhhh…. ahhh… aarrgghh…… uh..uh… uh…uh… ouuu….. yeah….. dan di sela teriakan kerasnya muncrat lagi cairan putih kental itu dengan lajunya.
“Crroot…. crooot…..” di saat dia terbaring lemas aku menindih badan bu Eka dan selangkangannya kubuka lebar-lebar, lalu aku mencoba memasukkan kontolku ke dalam pepeknya bu Eka dan yang terjadi malah ngga bisa karena sempit. Saat kutekan kepala kontolku sudah masuk setengah dan ibu itu berteriak.
“Ahhhh…. ahhhhhhhhh….. ahhhhh………, sakitttt.. ahhh… pelan-pelan dong…”
Seakan tak perduli kutekan lagi. Kali ini agak dalam ternyata seperti ada yang membatasi. ku tekan kuat-kuat.
“Ahhhhhh…… aaaaaa……. aaaauuuuu…… sakit…. ohh…. oh….. ooghhhhhh…” aku paksakan saja… akhirnya tembus juga.
“Aahhhhhhhhhh……….. aaaahhhhhh….. sakitttttttt…..” bu Eka berteriak keras sekali.
Sambil kudorong kontolku maju mundur pelan dan kupercepat goyanganku.
“Aaahhhhh…… auhhhhhh….. u.h…. u.u.. hh… a…. u.. u…… hhhhh.hhhh………
Dia terus menjerit kesakitan, dan sekitar 20 kali goyanganku aku terasa seperti mau keluar. Lalu aku arahkan kontolku ke mulutnya dan….
Croot……… crroootttt…… sekitar 5 kali muncrat mulut bu Eka telah di penuhi oleh spermaku yang berwarna putih kental (maklum udah 2 minggu ngga ngocok). Selang beberapa menit aku baru menyadari kalau pepek bu Eka mengeluarkan cairan seperti darah. Lalu ibu Eka cepat-cepat ke kamar mandi. Setalah keluar dari kamar mandi bu Eka langsung menyepong kontolku sambil tiduran di lantai. Ternyata walaupun perawan bu Eka pandai sekali berpose. Lalu ku pegang pinggul bu Eka dan mengarahkan ke posisi menungging. Lalu aku arahkan kontolku ke pepek bu Eka, lalu ku genjot lagi….
“Oohhh….. oh……. o….. h.h.h.h.hh.. h.hhhhh…… hhhhhh.. hhhhh… yeahhhhh oouu…. yesssss….. ooohhhhh… yeahhhhh…”
Saat aku sudah mulai bosan ku cabut kontolku lalu ku arah kan ke buritnya
“Sakit ngga…..” tanya bu Eka.
“Paling dikit bu…..” jawabku sambil aku mencoba memasukkan tetapi ngga bisa karena terlalu sempit.
“Ngga apa-apa kok kan masih ada pepekku mau lagi nggaaaa…..”  tanya bu Eka.
Lalu kukentot lagi pepeknya tapi sekarang beda waktu aku memasukkan kontolku ke dalam, baru sedikit saja sudah di telan oleh pepeknya. Ternyata pepek bu Eka mirip dengan lumpur hidup. Aku mengarahkan kontolku lagi .
“Aahhh… ahhh… ahhh…. ahh…. oooouuuhh….. yeah… ou…. ou… ohhhhhh… dan saat sekitar 15 kali goyanganku bu Eka melepaskan kontolku.
“Aku mau keluar….”
“Aku juga bu…., kita keluarin di dalem aja buu…”
“Iya deeh” jawabnya.
Lalu kumasukkan lagi kontolku kali ini aku menusuknya kuat-kuat.
“Aaaahhhh……. ahhhh………. aaaahhhhhh. ooooouuuuuuhh…..” saat teriakan panjang itu aku menyemprotkan spermaku ke dalam pepeknya.
Crroooot…. crootttt… aku mendengar kata-katanya.
“Nikmat sekali…….”
Dan aku pun tidur sampai pagi dengan menancapkan kontolku di dalam pepeknya dengan posisi berhadapan ke samping.

Mbak Nurul yang semok..

Mbak Nurul yang semok..

Sejak kepindahan kost ku ke daerah Depok,aku bertetangga dengan keluarga Pak Rusdi. Pegawai Pemda DKI ini tinggal bersama istrinya dan menantunya yang biasa dipanggil Mbak Nurul oleh para tetangga lainnya. Mbak Nurul yang telah mempunyai anak dua itu tinggal bersama mertuanya, karena suaminya mencari nafkah ke Kuwait hampir setahun yang lalu. Usia Mbak Nurul aku taksir sekitar 30 tahunan, atau tepatnya 31 tahun ketika aku tak sengaja mendengar salah seorang ibu tetangga menanyakan usia menantu Pak Rusdi ini.
Satu hal yang menarik dari menantu Pak Rusdi ini adalah pakaian yang dikenakannya sehari hari. Ibu muda ini selalu berpakaian menutup rapat sekujur tubuhnya kecuali wajahnya dan telapak tangannya. Ibu Muda beranak dua ini selalu kulihat memakai jilbab yang lebar dan pakaian yang panjang longgar hingga mata kaki, bahkan sepasang kakinya selalu kulihat memakai kaos kaki kadangkala berwarna krem atau putih. Sebenarnya aku tidak terlalu memperdulikan menantu Pak Rusdi yang kelihatan alim itu, namun kalau aku berangkat kuliah, aku sering ketemu Mbak Nurul pulang dari belanja di pasar. Setiap kali bertemu, Mbak Nurul selalu menyapaku ramah dan melempar senyum manisnya yang membuat aku menyadari Mbak Nurul mempunyai paras wajah yang cantik. Wajah wanita tetanggaku yang selalu terbalut jilbab lebar ini mirip sekali dengan aktris Marissa Haque.
Satu setengah bulan sudah aku kost di Depok, dan kadang kala aku berpikiran tentang Mbak Nurul yang cantik itu. Apakah Mbak Nurul tidak merasa kesepian ditinggal begitu lama oleh suaminya, namun melihat Mbak Nurul yang alim itu aku nggak berani berpikir kotor kepada wanita ini.”
Keindahan yang tersembunyi” gumamku kalau mengingat Mbak Nurul yang berwajah mirip aktris Marissa Haque, namun tubuhnya selalu tersembunyi dalam pakaian dan jilbab panjangnya yang rapat.
Tubuh Mbak Nurul pun kulihat cukup tingi untuk ukuran wanita, aku pernah melihat ibu muda ini sama tinggi dengan Pak Rusdi ketika dia berjalan bersama Pak Rusdi, dan aku tahu tinggi mertua Mbak Nurul ini 165 cm, berarti tinggi Mbak Nurul juga 165 cm.
Senja itu aku baru pulang dari praktikum kimia. Hari sudah mulai gelap, termasuk daerah di sekitar kostku. Waktu aku lewat di samping rumah Pak Rusdi, aku melewati salah satu jendela di rumah Pak Rusdi yang memang sedang diperbaiki. Mungkin karena sedang diperbaiki, jendela itu tidak tertutup sempurna. Aku melihat ada beberapa lubang kecil pada jendela yang tengah diperbaiki itu dari sinar lampu dalam rumah yang keluar lewat lubang-lubang kecil itu. Melihat lubang-lubang kecil itu timbul rasa isengku untuk mengintip ke dalam. Dengan hati-hati aku segera menempelkan mataku pada lubang-lubang kecil tersebut, beberapa saat kemudian aku menemukan lubang yang cukup besar untuk mengintip. Ternyata jendela tersebut adalah jendela sebuah kamar, entah kamar siapa.
Beberapa saat aku mengintip melalui lubang tersebut, namun keadaan kamar yang terang benderang itu terlihat sepi. Ketika aku hendak mengakhiri aktivitas mengintipku, tiba-tiba aku melihat pintu kamar itu terbuka dan aku lihat seorang masuk ke dalam kamar. Aku belum begitu jelas siapa orang itu, namun setelah orang itu sampai ke tempat yang lebih terang aku baru melihat ternyata orang tersebut adalah seorang wanita muda. Agaknya wanita itu baru selesai mandi ketika aku melihat rambut panjang ikalnya yang basah serta handuk yang melilit tubuhnya. Sesaat aku heran, karena aku tak mengenal dan tak pernah melihat perempuan berkulit putih ini sebelumnya
Namun sekejap kemudian darahku terkesiap ketika aku mengamati wajah perempuan ini lebih seksama.
“Mbak Nurul!!” desisku tertahan.
Wajah cantik Mbak Nurul yang mirip Marissa Haque teramat mudah dikenali. Tubuhku sesaat menggigil menyadari perempuan yang tengah kuintip ini adalah Mbak Nurul yang alim berjilbab itu. Aku tak pernah melihat tubuhnya kecuali hanya wajahnya yang terbalut jilbab lebar serta telapak tangannya yang putih terlihat halus. Namun saat ini perempuan berjilbab itu aku lihat hanya berlilitkan handuk pada tubuhnya. Mendadak timbul keinginanku untuk mengintip Mbak Nurul yang agaknya hendak berganti pakaian setelah dia mandi. Dengan berdebar-debar aku berusaha lebih jelas melihat melalui lubang kecil tersebut, namun aku harus kecewa karena dari lubang pengintip itu, aku hanya mampu melihat tubuh Mbak Nurul sampai dari kepala sampai ke pinggangnya karena pandangan dari sebagian lubang pengintip itu memang tertutup sebuah lemari buku. Walaupun hanya sebagian tubuh Mbak Nurul yang terlihat, tubuhku sudah menggigil menahan birahi. Mataku membuka lebar-lebar ketika aku lihat Mbak Nurul melepas handuk putih yang melilit tubuhnya. Aku yakin tubuh menantu Pak Rusdi saat ini telanjang bulat. Sayangnya aku hanya mampu melihat dari kepalanya hingga ke pinggangnya.
Aku menelan ludah berkali-kali melihat keindahan tubuh Mbak Nurul yang terlihat lewat lubang pengintip. Mataku lekat menatap leher jenjang ibu muda ini yang terlihat mulus menggiurkan, lantas mataku menyusuri ke bawah hingga kulihat sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang. Nafasku mulai terengah dan kemaluanku pun mulai tegang ketika mataku lekat di dada Mbak Nurul. Sepasang payudara ibu muda yang cukup montok ini masih terlihat kencang, walaupun tidak sekencang payudara seorang perawan. Kulitnya yang putih mulus dengan puting susu yang kecoklatan membuat buah dada Mbak Nurul terlihat menggiurkan dan membangkitkan birahiku. Namun aku hanya mampu menikmati keindahan payudara Mbak Nurul saja, karena ketika mataku menyusuri ke bawah payudaranya, lemari buku sialan itu menghalangi pandanganku, padahal aku tahu Mbak Nurul tengah telanjang bulat saat ini. Nafasku terengah-engah melihat Mbak Nurul yang kemudian mengenakan BH untuk menutupi sepasang buah dadanya yang sedang menjadi santapan mataku. Aku mengakhiri keasyikanku ketika Mbak Nurul telah mengenakan pakaian, sebuah jubah panjang berbunga-bunga. Akhirnya aku kembali ke tempat kostku yang terletak di samping rumah Pak Rusdi dengan birahi yang memuncak. Rasa seganku kepada Mbak Nurul yang berjilbab itu berganti rasa birahi yang membakar. Ketika aku di kamar, aku mengocok kemaluanku sembari membayangkan kedua buah dada Mbak Nurul kulihat telanjang tadi. Aku membayangkan yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku adalah tangan Mbak Nurul dengan dada montoknya yang telanjang… mmm.. aku cuma bisa mendesah-desah dan menggigit bibirku menahan nikmat, sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatanku ketika tubuhku bergetar hebat disertai muncratnya air mani kental dari ujung penisku dan eranganku menyebut nama wanita tetanggaku itu, membayangkan keindahan yang kuintip tadi.
“Ohhhh.. mmm.. ahhhh… sshhhh.. Mbaak Nuruuullll… ahhhhh.. enaaaaakkkk.. ahhhhhhh!!!” desahku di di ujung kenikmatanku sebelum aku tergeletak lemas.
Sejak saat itu rasa seganku kepada wanita berjilbab ini lenyap justru aku selalu membayangkan tubuh Mbak Nurul dalam onaniku. Aku mengkhayalkan keindahan tubuh di balik pakaian jubah panjang dan jilbab lebar yang selalu dikenakan ibu beranak dua ini. Setiap kali aku ketemu Mbak Nurul dalam jilbab lebar dan jubah panjangnya, mataku lekat menatap sekujur tubuhnya sementara benakku membayangkan tubuh di balik pakaian yang menutup rapat tubuhnya itu. Beberapa kali aku menelan ludah melihat cetakan garis BH dan sekan-akan kulihat belahan buah dada yang montok itu di dada yang tertutup jilbab lebar itu.
Akupun sekarang senang mengamati Mbak Nurul ketika dia menyapu halaman rumahnya saat sore hari. Melalui sela-sela jendela kamar kostku, aku melihat Mbak Nurul tengah membungkuk menyapu. Pinggulnya yang terbungkus jubah pakaiannya nampak menggiurkan. Aku berulangkali menelan ludah ketikat melihat celana dalam yang dipakai Mbak Nurul tercetak jelas pada jubahnya saat dia membungkuk untuk menyapu. Belahan pantatnya pun samar terlihat membuatku jakunku naik turun menahan getaran birahi. Rasa-rasanya aku ingin menyingkap jubah yang dipakai Mbak Nurul ke atas, sehingga aku dapat melihat pantatnya yang montok itu. Namun aku hanya mampu membayangkan saja yang kemudian diakhiri dengan onani.
Hampir seminggu sejak aku pertama kali aku mengintip Mbak Nurul yang membuatku akhirnya menyimpan birahi kepada wanita berjilbab tetanggaku itu. Rasa penasaranku bercampur birahi untuk melihat tubuh Mbak Nurul di balik pakaiannya yang rapat kian menggebu. Aku selalu mencari celah untuk mengintipnya seperti seminggu lalu, namun ternyata tak ada sebuah lubang apapun di rumahnya untukku dapat mengintipnya dalam keadaan tak berjilbab dan berjubah itu.
Ternyata aku hanya punya kesempatan mengintip sekali itu, karena jendela itu selesai diperbaiki sehari setelah aku mengintip melalui lubang-lubang pada jendela yang rusak itu dan aku tak melihat ada celah untuk mengintip Mbak Nurul lagi. Sampai siang itu. Faiz, anak pertama Mbak Nurul yang sering bermain ke tempat kostku, tertidur di kamar kostku setelah dia lelah bermain. Aku biarkan bocah laki-laki yang baru berusia 4 tahun ini lelap dalam tidurnya, sementara aku mengutak-atik komputer yang kebetulan rusak di kamarku. Setelah mengutak atik komputerku beberapa saat, aku harus membeli beberapa kabel baru. Ketika aku melangkah ke arah pintu berniat membeli kabel-kabel itu, aku mendengar ketukan dan suara salam seorang wanita di pintu. Akupun membuka pintu seraya menjawab salam, dan aku tertegun ketika ternyata Mbak Nurul yang ada di depan pintu kostku dengan wajah pucat dan terlihat lelah.
Siang ini dia mengenakan jilbab putih lebar dengan jubah biru bermotif bunga serta kaus kaki krem yang membungkus kedua kakinya.
“Maaf dik.. lihat Faiz anak saya, nggak? Saya sudah kemana-mana mencarinya namun nggak ada.” tanya Mbak Nurul terdengar cemas.
Aku tersenyum mendengar kecemasannya
“Ada kok mbak, lagi tidur di kamar saya”.
Mbak Nurul menarik nafas dalam-dalam
“Syukurlah… biar saya ambil sekarang “
“Terserah, Mbak Nurul,” kataku seraya melangkah masuk dikuti wanita berjilbab ini, mataku sempat melirik ke dada Mbak Nurul yang montok, membuat kembali terbayang kemulusan buah dada montok yang telanjang di dada ibu muda ini saat kuintip seminggu lalu. Aku menelan ludah melihat dada Mbak Nurul yang tertutup jilbab putih lebar itu, terlihat begitu montok menggiurkan.
“Tuh.. masih tidur” kataku sambil menunjuk Faiz yang tengah lelap diatas tempat tidurku.
Sesaat wajah cantik Mbak Nurul tampak bimbang melihat anak pertamanya itu lelap dalam tidurnya.
“Mungkin saya nitip anak saya dulu dik.. kasian kayaknya dia lelap sekali tidurnya, nanti sore aku ambil..” desisnya lirih.
Aku tersenyum mengangguk, tapi sedetik kemudian aku ingat aku harus membeli kabel buat komputerku.
“Nggak papa mbak, tapi sebentar aku mau pergi beli kabel, boleh aku minta mbak disini dulu sebentar ?” tanyaku. “Sampai aku kembali”
Mbak Nurul tersenyum lantas mengangguk, namun wajah cantiknya tampak kuyu letih.
“Mm.. Mbak Nurul kayaknya letih yah.. biar aku buatkan minum buat Mbak Nurul sebentar, Mbak khan tamu di rumah ini, apalagi baru pertamakali berkunjung,” kataku spontan.
Wajah yang terbalut jilbab putih lebar itu tersenyum
“Terserah adik.. mbak memang haus”
Tak berapa lama kemudian, aku mengambil sebuah gelas yang aku tuangi dengan syrup ABC jeruk serta air dingin dari kulkas.
Ketika aku tengah mengaduk minuman untuk Mbak Nurul, mataku menangkap beberapa bahan kimiawi praktikum di mejaku. Aku tahu beberapa bahan kimia itu mempunyai efek sebagai obat tidur. Sesaat aku merasa bimbang ketika timbul keinginanku untuk mencampur minuman untuk Mbak Nurul dengan bahan kimiawi tersebut. Aku berhenti mengaduk, mataku melirik Mbak Nurul yang tengah duduk di karpet ruang tamu sambil membaca sebuah majalah komputer milikku. Wajah cantik yang terbalut jilbab itu begitu mempesona, apalagi ketika kulihat ternyata ujung pakaian jubahnya agak tertarik ke atas tanpa di sadarinya, membuat salah satu betisnya terlihat nyaris separuhnya. Walaupun betis Mbak Nurul saat ini terbalut kaus kaki krem, namun betis yang terlihat nyaris separuh itu terlihat begitu indah dan keindahan apalagikah ketika ujung jubah itu kian tertarik ke atas.. tanpa sadar aku menelan ludah membayangkannya, apalagi ketika teringat keindahan buah dada Mbak Nurul yang pernah kulihat telanjang, membuat otakku kian dipenuhi birahi terhadap wanita berjilbab yang kini duduk di karpet ruang tamu kost.
Akhirnya tanpa ragu aku mencampurkan bahan kimia itu ke dalam minuman dingin untuk Mbak Nurul, cukup untuk membuat wanita ini terlelap.
“Silakan diminum Mbak.. aku pergi beli kabel sebentar..” kataku dengan dada berdebar-debar.
Mbak Nurul tersenyum sambil mengucapkan terima kasih, namun dia terlihat agak gugup ketika tahu mataku tengah memperhatikan betisnya yang tersingkap nyaris separuh itu.
“Terima kasih dik.. ngrepotin aja” kata Mbak Nurul sembari membenahi ujung jubahnya yang tertarik ke atas dengan sedikit tergesa, sehingga betis itu kembali tertutup.
Aku tersenyum penuh arti ketika tangan Mbak Nurul membenahi ujung jubahnya dengan sedikit gugup dan wajah yang bersemu merah.
Beberapa saat kemudian Honda GL ku meluncur meninggalkan tempat kostku. Tak sampai 15 menit kemudian aku pun kembali. Jantungku berdegup kencang ketika aku memarkirkan sepeda motorku di teras, lantas aku membuka pintu dengan tergesa-gesa. Aku nyaris terlonjak dengan jantung berdegup kian kencang ketika mataku menatap ke ruang tamu kostku yang hanya berlapis karpet biru itu. Mataku terbelalak melihat Mbak Nurul ternyata telah tergeletak pulas di atas karpet ruang tamu.
“He he he he.. ternyata bahan kimia itu bekerja baik” kataku sambil mendekati tubuh Mbak Nurul yang tergeletak pulas, sementara gelas minuman yang kuberikan untuknya terlihat kosong, tanpa setitik air di dalamnya.
Aku tersenyum penuh nafsu, memandang wanita berjilbab tetanggaku yang terlihat pulas terlentang di atas karpet ruang tamu kostku. Dengan jantung berdegup kian kencang aku menghampiri Mbak Nurul, lantas berlutut di sampingnya. Mataku lekat menatap wajah Mbak Nurul yang mirip artis Marissa Haque ini. Wajah cantik berbalut jilbab putih lebar itu kian terlihat cantik saat pulas tertidur membuatku kian bernafsu. Kemudian mataku menatap dadanya yang naik turun dengan teratur seiring nafasnya. Sepasang buah dada montok yang tertutup jilbab putih lebar itu membuatku menelan ludah, sehingga sesaat kemudian tanganku terulur menjamahnya. Aku merasa bermimpi ketika tanganku dengan sedikit gemetar meraba-raba bukit montok di dada Mbak Nurul yang masih tertutup jilbab lebar itu.
“Ohh.. montoknya” desisku dengan nafas mulai tersengal, lantas sedetik kemudian tanganku mulai meremas buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup jilbab putih yang lebar itu.
Aku nyaris tak percaya kalau siang ini aku dapat meremas dada montok wanita berjilbab tetanggaku yang terlihat alim it.
“Ohh.. Mbak Nurul…….!!” desahku ketika kemudian tanganku meremas-remas sepasang payudara kenyal di dada ibu muda beranak dua ini.
Semakin lama tanganku kian liar meremas buah dada Mbak Nurul membuat jilbab putih yang dikenakannya kusut tak karuan. Tanganku kemudian menyingkapkan jilbab putih yang menutupi dada montok itu ke atas. Aku tersenyum ketika aku melihat tiga kancing pada bagian atas jubah yang dipakai ibu muda ini. Tanganku terasa gemetar ketika jemariku meraih tiga buah kancing yang rapat itu, lantas mulai membukanya satu persatu. Perlahan-lahan kulit mulus di dada Mbak Nurul yang putih mulai terlihat merangsang birahiku. Jakunku naik turun dengan dada yang berdegup kian kencang. Birahiku kian liar bergolak, ketika tanganku semakin lebar menyingkap bagian atas jubah Mbak Nurul yang terbuka itu. Belahan payudara Mbak Nurul yang montok itu membuatku kemaluanku kian mengeras dan mataku seakan tak berkedip melihat keindahan di dada wanita berjilbab ini. Mataku pun mulai melihat, BH warna krem yang membungkus sepasang payudara Mbak Nurul, saat aku menyingkapkan semakin lebar bagian dada jubah yang dipakai wanita berjilbab ini.
Kemudian jubah yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah sehingga bagian atasnya tertarik kebawah melewati pundaknya, maka tersembullah sepasang buah dada Mbak Nurul yang montok dan mulus menggiurkan. Buah dada Mbak Nurul itu masih ketat terbungkus bh warna krem yang dikenakan wanita berjilbab ini.
“Ooohh.. Mbak Nurul… montoknya” desisku sambil menahan birahi yang kian menggelegak.
Mataku liar melihat gundukan buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup BH warna krem. Kemudian dengan nafsu yang kian menggelegak, tanganku menarik cup BH itu ke atas yang membuat buah dada ibu muda ini tak tertutup lagi.
“Glek.. ohh.. Mbak Nurul….” desahku menahan birahi melihat payudara Mbak Nurul yang kini telanjang didepannya.
Payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini begitu indah bentuknya. Walaupun Mbak Nurul telah beranak dua, namun sepasang buah dadanya masih terlihat kencang. Kulit Mbak Nurul yang putih mulus dan puting susu kecoklatan yang terlihat mulai tegak membuat buah dada wanita berjilbab ini kian menggiurkan nafsuku.
Dengan gemetar tanganku mencoba menjamah buah dada ibu muda berjilbab ini. Aku seakan tak percaya mampu menjamah payudara seorang wanita alim seperti Mbak Nurul, yang sehari-hari kulihat selalu menutup rapat sekujur tubuhnya dengan jilbab yang lebar dan jubah panjang yang longgar. Namun ketika tanganku merasakan kehangatan dan kekenyalan payudara Mbak Nurul yang montok, tubuhku mengigil menahan birahi kian menggelegak. Kemudian dengan penuh nafsu tanganku mulai meremas-remas payudara montok yang telanjang itu. Sepasang payudara yang selama ini tersembunyi di balik jubah dan jilbab lebar yang selalu dikenakan Mbak Nurul kali ini ada dalam remasanku yang kian liar.
“Mmm.. Mbaak Nuruulll… mmmm…” desisku sembari mempermainkan puting susu kecoklatan di dada Mbak Nurul dengan jari-jariku.
Aku merasakan puting susu ibu muda yang aku pelintir ini kian terasa tegak dan mengerasi. Nafasku memburu jalang, tubuhku menggigil menahan birahi menggelegak ketika tanganku bermain di dada telanjang wanita berjilbab ini. Beberapa lama aku meremas-remas buah dada Mbak Nurul yang telanjang itu dengan tanganku, sebelum aku mulai menjilati payudara wanita berjilbab itu dengan lidahku dan menciuminya penuh nafsu.
Aku merasakan sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang itu kian kencang mengeras ketika aku menciuminya dan menjilatinya, bahkan ketika aku mengulum puting susu yang kecoklatan itu aku sempat terkejut oleh rintihan dari mulut Mbak Nurul. Aku menatap wajah Mbak Nurul yang masih terbalut jilbab putihnya itu, namun aku lihat wajahnya masih lelap dalam tidurnya hanya bibirnya memang mulai mendesah dan mengerang.
“Oohhh.. Mbak Nurul mulai terangsang…” desisku melihat keadaan wanita berjilbab ini.
Desahan yang keluar dari bibir Mbak Nurul membuatku nafsu birahiku kian liar. Mulutku kian liar menciumi dan menjilati payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini. Puting susu yang kecoklatan itu aku kulum dan aku hisap dengan bibir dan mulutku, membuat desahan Mbak Nurul kian sering terdengar. Birahiku semakin terasa menggelegak jalang mendengar rintihan dan desahan wanita berjilbab ini. Sempat terbayang beberapa hari lalu, Mbak Nurul terlihat begitu anggun dengan jubah dan jilbab lebarnya. Waktu itu aku hanya menelan ludah melihat tonjolan montok di dada yang tertutup jilbab lebar itu. Namun saat ini, payudara wanita berjilbab itu dapat aku nikmati sepuas birahiku.
Cukup lama aku memuaskan nafsuku pada kedua payudara montok Mbak Nurul yang telanjang tanpa penutup itu. Aku melihat Mbak Nurul semakin jalang mendesah dan merintih dalam tidurnya tiap kali aku menghisap dan menjilati dan menciumi kedua buah dadanya yang montok mengiurkan itu. Gila..baru pertama kali ini aku melihat seorang wanita berjilbab merintih begitu jalang dan liar, oleh birahi yang mencengkeramnya.
Setelah aku puas dengan payudara Mbak Nurul, mataku beralih menatap bagian bawah tubuh ibu muda berjilbab ini. Aku melihat walaupun beberapa kali, Mbak Nurul menggeliat dan mengejang menahan rangsangan birahi dariku, namun ujung jubah yang dikenakan Mbak Nurul tidak sampai tersingkap, bagian bawah Mbak Nurul masih rapi tertutup oleh jubah panjang yang dipakainya sehingga hanya terlihat kakinya yang terbungkus kaus kaki warna krem.
Sesaat terbayang dalam benakku, rasa penasaranku selama ini yang membuatku ingin menyingkap jubah yang dipakai Mbak Nurul. Perlahan kemudian aku mendekati kaki Mbak Nurul yang masih tertutup jubah yang dipakainya. Dengan sedikit gemetar, tanganku terulur menyingkap jubah biru kembang yang dipakai Mbak Nurul dengan. Jantungku berdegup kencang ketika jubah itu mulai aku singkap ke atas, mataku mulai melihat sepasang betis Mbak Nurul yang indah bentuknya. Sepasang betis yang indah ini masih terbungkus kaus kaki warna krem yang agak tipis. Tanganku semakin gemetar ketika ujung jubah biru itu aku singkap semakin ke atas menyusuri kaki Mbak Nurul. Mataku kian membesar melihat ujung jubah yang tengah aku tarik ke atas itu mulai melewati lutut wanita berjilbab ini. Aku baru tahu,ternyata kaos kaki katun yang dipakai Mbak Nurul cukup panjang, hampir seluruh betisnya tertutup oleh kaus kaki krem yang dipakainya. Nafasku kian mendengus kasar menahan nafsu birahiku saat ujung jubah itu aku singkap ke atas melewati kedua lututnya, dan mataku nyaris tak berkedip melihat keindahan yang terpampang dibalik jubah yang aku singkap semakin ke atas.
Akhirnya ujung jubah biru yang semula rapat menutup tubuh ibu muda ini tersingkap hingga ke pinggangnya. Sepasang kaki wanita berjilbab itu kini tidak lagi tertutup jubah panjang itu.
“Ohh.. Mbak Nurul..” desisku dengan mata nyaris tak berkedip melihat pemandangan di depanku.
Sepasang paha putih Mbak Nurul yang telanjang itu tampak mulus menggiurkan. Paha putih mulus itu masih terlihat kencang dan bulat padat. Tetapi yang membuat tubuhku menggigil hebat menahan birahi, ketika mataku menatap pangkal paha Mbak Nurul yang telanjang. Mataku melotot melihat kemontokan bukit kemaluan wanita berjilbab yang masih tertutup celana dalam itu. Celana dalam biru yang dipakai Mbak Nurul termasuk tipis untuk menyembunyikan gundukan kemaluan ibu muda ini sehingga mataku secara samar, mampu melihat bayangan bulu-bulu kemaluan dan belahan bibir kemaluan ibu muda berjilbab ini.
Tubuhku gemetar melihat keindahan yang luar biasa ini dan batang kemaluanku terasa kian keras.
“Ohh.. mbak Nuruuulll.. Ohhh” desisku gemetar dengan mulut ternganga melihat keindahan di depan mataku.
Terbayang kembali beberapa hari lalu, aku selalu melihat Mbak Nurul adalah seorang wanita berjilbab lebar dan berjubah panjang membuatnya terlihat begitu alim. Beberapa menit yang lalu sebelum pulas terpengaruh oleh minuman dariku, Mbak Nurul masih gugup dan terlihat malu ketika ujung jubahnya tersingkap yang hanya memperlihatkan separuh betisnya. Namun saat ini hampir tak kupercaya kalau aku telah melihat keindahan yang selama ini tersembunyi di balik jilbab lebar dan jubah panjang Mbak Nurul itu. Aku menelan ludah berkali-kali dengan birahi kian menggelegak melihat pemandangan di depanku. Seorang perempuan berparas cantik dengan jilbabnya yang lebar serta jubah biru bermotif bunga tergolek dengan sepasang buah dada yang menyembul telanjang dan bagian bawah jubahnya tersingkap hingga ke perut memperlihatkan kemulusan sepasang pahanya dan celana dalam yang dikenakannya. Tubuhku menggigil penuh birahi yang menggelegak melihat keindahan yang langka ini.
Mbak Nurul masih terlihat pulas dalam pengaruh obat tidur yang kucampurkan dalam minuman untuknya. Kedua mata di wajah cantiknya yang terbalut jilbab lebar putih masih tertutup dengan rapat, walaupun wanita berjilbab ini sempat merintih dan mengerang saat kurangsang sepasang payudara di dadanya. Berulang kali aku menelan ludah sementara penisku sudah mengeras oleh desakan birahi melihat keadaan Mbak Nurul saat ini. Ibu muda tetanggaku yang selama ini tak pernah kulihat kecuali wajah cantiknya dan telapak tangannya, saat ini kulihat setengah telanjang tergeletak di depanku. Jilbab putih lebar yang beberapa menit lalu masih rapi menyembunyikan kemontokan dadanya, saat ini tersingkap ke atas dengan jubah yang terbuka pada bagian dadanya dan BH yang tersingkap, sehingga sepasang buah dada wanita berjilbab beranak dua yang selama ini tersembunyi, terpampang menggiurkan tanpa penutup.
Dengan birahi yang menggelegak, aku bergeser mendekati kaki Mbak Nurul yang terbuka itu. Aku melihat sepasang betis yang indah itu masih terbungkus kaus kaki warna krem yang cukup panjang hampir menutupi betisnya. Dengan sedikit gemetar, aku mengulurkan tanganku melepas sepasang kaus kaki warna krem itu dari kaki Mbak Nurul. Aku kembali menelan ludah melihat kemulusan betis Mbak Nurul yang kini telanjang di depanku. Aku sempat tersenyum teringat beberapa menit lalu, ketika Mbak Nurul gugup terlihat separuh betisnya olehku karena jubah yang dipakainya tersingkap. Namun setelah wanita berjilbab ini pulas dalam pengaruh obat tidurku, aku bukan hanya mampu melihat betisnya namun juga menjamahnya bahkan lebih.
Telapak kaki Mbak Nurul terlihat putih kemerahan, ketika tanganku meraihnya terasa halus di tanganku. Beberapa saat aku mengelusnya sebelum kemudian bibirku mulai menciumi telapak kaki yang bersih dan halus itu. Nafasku memburu kian cepat ketika dengan bernafsu aku menciumi dan menjilati telapak kaki wanita ini. Telapak kaki wanita berjilbab yang telanjang itupun terlihat berkilat oleh bekas jilatanku yang liar. Kemudian dengan penuh birahi, bibirku menyusuri kaki Mbak Nurul semakin ke atas. Aku menciumi dan menjilati sepasang betis wanita berjilbab ini yang tak pernah kulihat sebelumnya karena selalu tertutup oleh pakaian panjangnya. Betis putih mulus yang indah dan ditumbuhi rambut-rambut halus itu terasa hangat di bibirku dan lidahku yang menjilatinya. Libidoku kian menggelegak saat bibir dan lidahku menciumi serta menjilati betis indah Mbak Nurul yang tak pernah kulihat sebelumnya ini. Nafasku terengah-engah oleh desakan birahiku yang kian liar.
Saat bibir dan lidahku menciumi dan menjilati kemulusan betis Mbak Nurul, tanganku menyusuri kaki wanita berjilbab ini kian ke atas. Tanganku mengelus-elus paha mulus Mbak Nurul yang telanjang dan bulat padat ini. Begitu halus, lembut dan hangat kulit Mbak Nurul aku rasakan. Ketika menyentuh paha yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku merasakan kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tangannya. Kemaluanku menjadi kian menegang keras dan membuat celanaku terasa sesak dan ketat. Jantungku makin berdegup kencang ketika aku meneruskan belaian tanganku makin jauh ke arah pangkal kaki wanita berjilbab yang mulus. Kulit tanganku merasakan hawa yang makin hangat dan lembab ketika tanganku makin jauh menggerayangi pangkal kaki Mbak Nurul yang bak belalang itu. Gerakan tanganku terhenti ketika tanganku mulai menyentuh gundukan daging yang begitu lunak dan hangat, namun terasa masih terbungkus kain celana dalam.
Beberapa saat aku meraba-raba gundukan daging lunak hangat itu mengelus-elusnya, yang ternyata kembali membuat Mbak Nurul merintih dan mengerang oleh rabaanku pada gundukan di selangkangannya. Bahkan semakin lama aku semakin gemas, sehingga kemaluan montok wanita berjilbab yang masih terbungkus celana dalam itu bukan hanya aku elus-elus, namun tanganku lantas meremas-remasnya penuh nafsu.
Aku sempat melirik wajah Mbak Nurul yang masih terbalut jilbabnya, ketika wanita cantik ini merintih bahkan tubuhnya menggeliat. Aku hanya menyeringai ketika aku melihat wanita berjilbab ini tidak menunjukkan tanda-tanda sadar dari pengaruh obat tidurku. Akupun kembali menciumi dan menjilati kaki telanjang ibu muda berjilbab yang tak pernah kulihat mulusnya saat sebelumnya. Tanganku masih meremas-remas kemaluan montok di selangkangan Mbak Nurul ketika aku menciumi dan menjilati sepasang paha mulusnya. Sepasang paha putih ibu muda berjilbab yang mulus itu terasa hangat di bibir dan lidahku membuatku semakin terangsang oleh birahi. Paha yang bulat indah dan ditumbuhi bulu-bulu halus itupun terlihat mengkilat oleh jilatan lidahku dan ciuman bibirku. Aku melihat Mbak Nurul masih merintih-rintih dan tubuhnya menggeliat-geliat, bahkan kian lama rintihan wanita berjilbab itu kian terdengar jalang membuatku kian bernafsu. Akhirnya ciuman dan jilatanku terhenti ketika bibirku telah merasakan lembab dan hangatnya pangkal paha Mbak Nurul. Aku menghentikan remasanku pada gundukan kemaluan Mbak Nurul yang masih tertutup celana dalam biru.
Celana dalam yang dipakai ibu muda ini terlihat kusut karena remasan jari-jariku yang liar dan bernafsu. Dengan birahi yang menggelagak tanganku kini menarik celana dalam krem yang menutupi bagian tubuh Mbak Nurul yang paling pribadi ini. Mataku seakan tak berkedip, ketika celana dalam yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah. Bermula dari tersembulnya rambut kemaluan yang cukup lebat dan hitam itu, aku terus menarik turun celana dalam itu. Dan aku seakan terpukau ketika aku menarik celana dalam itu kian ke bawah, belahan kemaluan ibu muda yang kemerahan itu pun tersembul begitu menggiurkan.
Akhirnya sesaat kemudian bagian tubuh wanita berjilbab yang paling tersembunyi inipun terpampang tanpa penutup di depanku. Tubuhku mengigil oleh birahi melihat kemaluan telanjang Mbak Nurul di depanku ini. Terbayang kembali di benakku, akan sebuah hasrat yang menjadi angan-anganku selama ini untuk menyingkap jubah Mbak Nurul dan melihat keindahan di baliknya. Aku tak mengira bahwa keinginanku akan terwujud siang ini tanpa kesulitan sedikitpun.
Mataku lekat menatap kemaluan Mbak Nurul yang ditumbuhi rambut cukup lebat namun terlihat rapi. Dengan libido semakin menggelagak, aku membuka kedua paha wanita berjilbab ini lantas aku membenamkan kepalaku diantara kedua paha putih mulus itu. Bibirku segera menciumi kemaluan wanita berjilbab yang ditumbuhi rambut cukup lebat itu. Nafasku terengah-engah diantara kedua paha mulus Mbak Nurul. Bibirku dengan bernafsu menciumi permukaan kemaluan ibu muda ini dengan liar. Mbak Nurul makin jalang merintih dan mengerang, tubuhnya menggeliat menahan rangsangan birahi di bagian tubuhnya yang paling rahasia itu. Lidahkupun bergantian menjilati permukaan kemaluan wanita berjilbab ini sehingga rambut kemaluan Mbak Nurul terlihat basah.
Sambil membelai-belai rambut dan menjilati yang mengitari kemaluan Mbak Nurul, Aku menghirup-hirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan wanita berjilbab ini, lantas aku pun meneruskan dengan jilatan ke seluruh sudut selangkangan Mbak Nurul.
Sehingga kini kemaluan wanita berjilbab di depanku basah oleh air liurku. Tangankupun membuka bibir kemaluan Mbak Nurul lantas aku julurkan lidahku ke arah klitoris dan menggelitik bagian itu dengan ujung lidahku. Mbak Nurul yang masih belum tersadar dari pengaruh obat tidurku makin jalang merintih dan tubuhnya makin kerap menggelinjang, ketika bagian kewanitaan yang paling sensitif ini aku jilati. Aku merasakan ada pijitan-pijitan lembut dari lubang vagina Mbak Nurul yang membuat lidahku seperti dijepit-jepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket yang terasa asin di lidahku. Mbak Nurul kini makin keras mengerang dan terengah-engah dalam tidurnya.
Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluannya aku ciumi dan aku jilati. Pinggulnya mulai menggelinjang dan kakinya ikut menggeliat.
Melihat tingkah Mbak Nurul yang begitu merangsang menggairahkan, aku tak mampu menahan gelegak birahiku. Aku segera menurunkan celana training beserta celana dalamku, sehingga mencuatlah batang penisku yang besar dan panjang serta tegak mengeras kemerahan. Perlahan-lahan kedua kaki Mbak Nurul kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Kedua lututku melebar di samping pinggul wanita berjilbab ini lantas tangan kananku menekan pada karpet, tepat disamping tangan Mbak Nurul, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanita ini. Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan Mbak Nurul yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan wanita berjilbab tetanggaku ini.
Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Mbak Nurul dan badannya agak mengeliat, tapi matanya masih tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan ibu muda berjilbab yang cantik ini. Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan Mbak Nurul. Dari mulut wanita berjilbab ini tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah, agaknya Mbak Nurul mulai sadar. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum Mbak Nurul sadar, aku sudah harus memasukkan penisku ke dalam kemaluan ibu muda tetanggaku ini.
Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan wanita berjilbab ini.
Kelihatan sejenak kedua paha Mbak Nurul bergerak melebar, seakan-akan tak mampu menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluannya. Badannya tiba-tiba mulai bergetar menggeliat dan lantas kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan dia siap untuk berteriak. Dengan cepat aku memagut bibir Mbak Nurul untuk mendekap mulutnya agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pinggulku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Nurul dengan cepat.
Badan Mbak Nurul tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya terlihat refleks mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan bibirku yang melumat mulutnya.
“Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.
Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat dan meronta-ronta, kelihatan Mbak Nurul sangat kaget luar biasa melihatku tengah menindihnya. Meskipun Mbak Nurul meronta-ronta hebat, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan wanita berjilbab ini dengan kedua kakinya yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina Mbak Nurul terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina ibu muda ini.
Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan. Cukup lama wanita berjilbab ini meronta-ronta hebat sebelum akhirnya rontaan Mbak Nurul ini mulai melemah. Nafasnya memburu dengan mata yang menyorot tajam ke arahku penuh kemarahan dan kebencian. Wajah yang masih terbalut jilbab putih lebarnya itu kini merah padam, namun kemudian mata yang menyorot tajam itu terpejam, bahkan air matapun mengalir deras dari kedua matanya membasahi jilbab putih yang masih membalut wajahnya. Aku tidak mempedulikan semua itu bahkan aku justru mulai menggerakan penisku yang terjepit dalam kemaluan Mbak Nurul. Aku terus menggerak-gerakkan penisnya naik-turun perlahan di dalam liang kemaluan ibu muda yang hangat itu. Liang itu berdenyut-denyut, seperti mau melumat kemaluanku. Rasanya nikmat luar biasa. Sembari terus menggerakan penisku naik turun, tanganku kembali menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu. Tanganku meremas perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya bagian puting susu yang sudah mencuat ke atas.
Beberapa menit kemudian aku melihat kian lama air mata dari mata Mbak Nurul yang terpejam mulai menyusut bahkan kembali aku merasakan, wanita berjilbab ini mulai kembali terengah seperti sebelum tersadar dari pengaruh obat tidurku.
Dengan dada berdebaran melihat perubahan pada Mbak Nurul, aku melepaskan lumatan bibirku pada mulutnya dan aku nyaris terpekik, ketika aku melepaskan bibirku dari mulut Mbak Nurul. Ternyata mulut Mbak Nurul tengah merintih dan mengerang, membuatku kian liar menggerakan penisku naik turun pada kemaluan ibu muda ini. Seakan aku baru menyadari kalau wanita cukup lama ditinggal suaminya mencari nafkah ke luar negeri, sehingga walaupun mungkin hatinya menolak perlakuanku, namun tubuhnya tidak bisa menyembunyikan kenikmatan yang didapatnya. Bahkan semakin lama aku merasakan pinggul Mbak Nurul ikut bergoyang mengikuti gerakan penisku yang naik turun dalam jepitan kemaluannya. Semakin lama rintihan Mbak Nurul kian jalang dan tubuhnyapun menggelinjang merasakan nikmat yang lama tak didapatinya walaupun matanya masih terpejam. Dan akupun merasakan semakin nikmat luar biasa yang memelintir penisku dalam vagina ibu muda berjilbab ini.
Cukup lama tubuhku naik turun menyetubuhi ibu muda berjilbab tetanggaku ini. Nafasku terengah disertai desahan kenikmatan di atas tubuh Mbak Nurul yang juga merintih dan menggelinjang dengan jalang. Semakin lama aku semakin merasakan nikmat pada penisku sehingga beberapa menit kemudian aku merasakan hendak sampai ke puncak kenikmatanku. Dengan sepenuh tenaga aku menekan pinggulku kuat-kuat sehingga ujung penisku menyentuh dasar kemaluan Mbak Nurul lalu dengan geram yang cukup keras aku menuntaskan kenikmatan luar biasa yang kurasakan saat penisku memuntahkan cairan hangat cukup banyak dalam liang kemaluan Mbak Nurul.
Aku menggeram penuh kenikmatan “Ahhhhh.. Mbak Nuruuullll.. Ahhhhhh.. Enaaakk.” desahku sambil memeluk Mbak Nurul erat-erat.
Beberapa saat aku menikmati orgasmeku sebelum akhirnya aku lunglai di atas tubuh wanita berjilbab ini. Nafasku terengah-engah letih namun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang sulit terlukiskan.
Baru sekejap aku lunglai, aku tersentak ketika aku merasakan tubuh Mbak Nurul bergetar hebat, lantas tanpa aku duga tangannya memelukku kuat-kuat dan kedua pahanya melingkar memeluk pinggangku dengan ketat. Wanita berjilbab ini memiawik kenikmatan ketika kurasakan penisku yang masih terjepit dalam kemaluannya terasa tersedot-sedot sebelum akhirnya terguyur cairan hangat yang membasahi batang penisku.
“Ahhh.. sssahhhh… enaaaaak… ahhhhhhh” pekik Mbak Nurul yang masih berbalut jilbab putih sambil memelukku tubuhku kuat-kuat.
Rupanya wanita berjilbab ini telah sampai pada puncak kenikmatannya. Beberapa saat aku merasakan ibu muda berjilbab ini dalam orgasme hingga akhirnya kedua tangannya yang semula memelukku terkulai lemas dan kedua kakinya yang semula menjepit pinggangku kembali tergolek lemas. Aku pun segera mencabut kemaluanku dan terlentang di sebelah Mbak Nurul yang terpejam kenikmatan.
Beberapa saat suasana sunyi, hanya terdengar nafasku dan nafas Mbak Nurul yang berangsur normal. Namun beberapa saat kemudian aku dikagetkan oleh Mbak Nurul yang tiba-tiba menjerit histeris. Aku tergagap bangun dan kulihat wanita berjilbab ini duduk dengan menatapku penuh kebencian dan kemarahan, bibirnya terlihat gemetar dengan wajah yang merah padam. Tubuhnya pun terlihat menggigil hebat dengan nafas yang memburu.
“Kenapa Mbak? Bukankah Mbak Nurul juga ikut menikmati??” ujarku sambil tersenyum penuh arti kepada wanita tetanggaku ini
“Tidaaaaaaaaaaaak..!!!!!!!!” pekik Mbak Nurul membuatku kaget.
Tapi belum sempat aku berkata kembali, tiba-tiba Mbak Nurul telah bangkit lantas membenahi jilbab dan pakaiannya dengan tergesa-gesa. Aku hanya mampu memandangnya ketika wanita berjilbab ini kemudian berlari keluar dari rumahku. Wajah cantiknya terlihat merah padam, dan aku lihat air mata mengalir menyusuri pipinya.
Beberapa saat aku termangu-mangu memandang kibaran jilbab putih yang lebar yang dipakai Mbak Nurul, saat ibu muda ini berlari keluar dari rumahku menuju rumahnya. Setelah wanita berjilbab itu hilang dari pandanganku aku menyeringai puas..
“Ternyata aku tak hanya mampu melihat keindahan tubuh yang selalu tertutup jilbab dan pakaian panjang itu, bahkan aku juga mampu menikmatinya hehehehe..” bisikku sambil terkekeh.
Aku masih tenggelam dalam lamunanku ketika akhirnya aku dikagetkan suara Faiz yang rupanya bangun dari tidurnya di kamarku.
“Oom, Faiz mau pulang ” katanya.
Aku tersenyum memandang anak sulung Mbak Nurul ini.
“Ya hati-hati yah.. salam buat ibumu.. ibumu memang cantik, mulus, sintal, dan hebat luar biasa, cah bagus….. hehehehehehe!!” kataku sambil terkekeh membuat bocah cilik ini terheran-heran.